Tampilkan postingan dengan label Wisata. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Wisata. Tampilkan semua postingan

Selasa, 15 Januari 2019

YOGYAKARTA: Sendratari RAMAYANA

Sendratari RAMAYANA
Pagelaran sendratari di bawah bulan purnama di Candi Prambanan tetaplah penuh pesona, sekalipun rembulan lebih banyak bercumbu dengan gumpalan kabut.
Tata lampu yang apik berhasil mengubah suasana menjadi penuh sensasi. Sedikit canda, menyegarkan suasana.
Dibanding 22 tahun lalu, Hanoman Obong tetap merupakan episode paling mengesankan, sekalipun kolosalitas pelakon tak lagi terekpos. Jumlah pemain rasanya banyak berkurang.


SUKABUMI: Curug Sawer

Curug Sawer sudah lama dikenal, dan kini semakin tenar, terutama setelah keberadaan Jembatan Gantung Situgunung, yang hanya berjarak sekitar 300 meter saja. Jadi ini merupakan destinasi lanjutan yang selayaknya disambangi.
Sambil menuruni jalan berundak, di kiri-kanan tersaji pepohonan yang indah dan tertata rapih, beberapa kali melewati jembatan kecil yang cocok untuk berfotoria.


Kawasan wisata ini terletak sekitar 10 km dari jalan poros Sukabumi-Bogor, dengan jalan yang mulus, dan bisa dijangkau cukup 15-20 menit saja. Lokasinya terdapat di ketinggian 1.000-1.300 mdpl, masuk wilayah desa Sukamaju, kecamatan Kadudampit, Kabupaten Sukabumi.
Nama "Curug Sawer" menggambarkan besarnya percikan air curug. Meskipun jauh dari air terjun, tubuh kita tetap basah oleh percikan airnya yang dingin-dingin seger. Brrrr.

SUKABUMI: Maksi di tepi DANAU SITU GUNUNG

Maksi Aatau Makan siang di tepi danau Situ Gunung kemarin sungguh seru dan amat berkesan.
Untuk mencapai tepi danau, rombongan harus berjalan sekitar 200 meter di jalan yang licin dan menurun, tak lupa membawa makanan dan minuman yang akan disantap, termasuk blek kerupuk, yang saya pikul. Wk wk wk.


Makanan di-share oleh teman-teman. Jenisnya nano-nano, dan jumlahnya jauh melampaui kebutuhan. Pete dan jengki, di antaranya.
Makan bersama gelar tikar di tepi danau seperti ini bagi kami, dan saya khususnya, rasanya sudah luammaa sekali tak teralami.
Waktu kembali, kami disarankan melewati jalan pintas, jalan setapak yang tanjakannya amat sangat terjal. Haduhhh.
Anyway, inilah makan siang yang penuh sensasi dan semakin mengakrabkan kekeluargaan SMILE WOKE. Terima kasih atas kebersamaan yang indah ini.

SUKABUMI: JEMBATAN GANTUNG Situ Gunung


Dengan panjang 243 meter, lebar 2 meter, dan ketinggian maksimal 146 mdpl, konon Jembatan Gantung Situ Gunung merupakan jembatan gantung terpanjang se Asia Tenggara.



Terbebas dari phobia ketinggian, sambil membakar adrenalin, kami lulus uji nyali, dan dengan leluasa berselfi ria di lintasan jembatan yang kadang bergoyang-goyang itu. Hanya saja, jangan coba-coba melihat ke bawah, karena tiba-tiba pandangan berbayang, berkunang-kunang. Saya sudah membuktikannya !!!



____
Terletak di kaki Gunung Gede Pangrango, dari Bogor kami hanya perlu sekitar 2,5-3,0 jam perjalanan mobil roda empat berkat kehadiran tol Ciawi-Cigombong, yang mulus dan masih gratis-tis.

Memang harus diakui, panorama di jembatan gantung ini dan sekitarnya sangat indah, apalagi dalam cuaca cerah, tanpa hujan, kami dapat menikmati destinasi lanjutan ke Curug Sawer dan Situ Gunung. Wowww.

Jumat, 29 Desember 2017

OPOSUM

Oposum layang (Petaurus breviceps) adalah sejenis mamalia berkantung asli Indonesia. Berbulu lebat, berwarna coklat keabu-abuan, serta bertubuh mungil (sekitar 12-32 cm dengan panjang ekor 15-48 cm). Bobotnya cuma 4-6 ons, dan terlihat unik dengan kantong yang berada di bagian perut.


Dalam beberapa tahun belakangan ini muncul tren pemeliharaan oposum layang di masyarakat perkotaan. Di pasaran, konon, harganya bisa mencapai Rp3-15 juta/ekor.
Guna melestarikan satwa berkantong asli Indonesia ini, Program Biovillage Pusat Penelitian Biologi-LIPI Cibinong sedang mengembangkan model budidaya oposum layang ini.

PONTIANAK: Kesultanan Kodriyah



Iniah kesultanan Melayu yang didirikan tahun 1771 oleh Sultan Syarif Abdurrahman Alkadrie, di daerah muara Sungai Kapuas Pontianak.
Ia melakukan dua pernikahan politik di Kalimantan, pertama dengan putri dari Kerajaan Mempawah dan kedua dengan putri dari Kesultanan Banjar (Ratu Syarif Abdul Rahman, putri dari Sultan Tamjidillah I), sehingga ia dianugerahi gelar Pangeran.
Setelah mukim di Pontianak, ia mendirikan Istana Kadriyah dan mendapatkan pengesahan sebagai Sultan Pontianak dari Belanda pada tahun 1779.
Di ruangan dalam istana ini terkesan magis. Tamu hanya berfoto di depan kursi Sultan, tak bisa mendudukinya seperti di Istana Pagaruyung atau Istana Deli.

KELAPA MULTIGUNA



Di luar puja-puji tentang keindahan gemulai nyiur yang melambai di pinggir pantai, Nyiur atau Kelapa (Cocos mucifera) layak dimahkotai sebagai budidaya multiguna.
Dari sekian banyak tumbuhan yang tersebar di negeri ini, rasanya tidak ada tumbuhan lain selain Kelapa yang setiap komponennya tanpa kecuali dapat dimanfaatkan.
Pucuk daunnya yang disebut janur kuning, dapat digunakan sebagai hiasan atau dekorasi pesta-pesta. Daunnya yang sedikit tua dapat digunakan sebagai pembungkus ketupat yang menambah semaraknya suasana lebaran. Lepas dari daunnya, lidi dapat disusun menjadi sapu atau dipotong menjadi tusuk sate atau tusuk daun.
Ketika pohon telah berbunga, dari batang bunga dapat dideres (dihisap) airnya untuk dimasak menjadi gula jawa, sedangkan dari bunganya sendiri (manggar) dapat diolah menjadi bahan gudeg.
Kelapa muda yang disebut cengkir, dahulu digunakan untuk bahan sesaji dalam upacara adat tertentu. Air kelapa muda? Siapa yang belum pernah merasakan nikmatnya ketika diminum pada siang hari yang panas. Buahnya? Tentu saja, bahkan lebih banyak lagi manfaatnya. Selagi muda, dagingnya dapat dimakan mentah, misalnya sebagai campuran air bersih menjadi air santan sebagai bumbu masak yang lezat. Parutan kelapa dapat juga dibuat serundeng, galendo atau campuran penganan lain. Bahkan, daging buah kelapa tua dapat diolah menjadi minyak kelapa, untuk menggoreng, dan sebagainya. Kalau tidak, dapat juga dikeringkan sebagai kopra, agar tahan lama.
Di luar daging, ada tempurung dan sabut. Tempurung dapat dibuat menjadi alat minum, gayung, bahan hiasan, kancing dan sebagainya, bahkan alat bunyi bagi tarian Minangkabau. Arangnya mempunyai kalori yang tinggi, di samping dapat bertahan lama karena kerasnya. Sabutnya dapat dibuat alat-alat rumah tangga seperti kesed, sapu, tali dan sebagainya.
Batang pohonnya yang panjang dan lurus serta kuat, antara lain dapat digunakan sebagai jembatan atau saluran air.
Kelapa memang multiguna.

AMORPHOPHALLUS TITANUM



Meskipun beraroma busuk, bunga bangkai (Amorphophallus titanum) ini mengharumkan nama Indonesia.
Konon pemberian namanya yang aneh itu disebabkan bentuk bunganya yang mirip kelamin pria.
Bunga ini termasuk langka, bukan hanya karena baunya yang menyengat dan ukurannya yang super besar, tetapi juga masa berkembangnya sangat terbatas. Barusan saya lihat di Kebun Raya Bogor, bunganya sudah tak lagi tegak 100%, sekitar 40%nya sudah merunduk. Padahal, baru kemarin siang dikabarkan mulai mekar. Barangkali besok-lusa cuma tinggal batangnya saja. Konon, kita baru bisa melihatnya lagi 2-3 tahun yang akan datang. Bahkan, di beberapa tempat, konon bunganya baru berulang setiap 7-9 tahun.
Saya sendiri baru kali ini melihatnya, padahal sudah 44 tahun mukim di Bogor dan sudah puluhan kali masuk KRB. Beberapa kali ke Kebun Raya Cibodas pun tak sempat melihatnya. Begitu pula dua kali ke Bengkulu tak juga beruntung melihatnya.
Indonesia memang punya kekayaan flora yang luar biasa.

Rabu, 18 Oktober 2017

LOMBOK: Pantai Senggigi

Kembali menelusuri Pantai Senggigi adalah suatu nostalgia tentang keindahan panorama pantai, dengan air yang jernih dan bersih, serta semilir angin yang menyegarkan.


Senggigi terletak di sebelah barat pesisir Pulau Lombok, tetapi suasananya serasa berada di Pantai Kuta, Bali. Tak heran kalau wisatawan domestik dan mancanegara banyak lalu lalang di sana.



Pantainya memang menjadi daya tarik dengan pemandangan garis pantainya yang panjang, sehingga tampak indah dipandang dari kejauhan dan ketinggian. Kontur jalannya naik turun antara pantai dan perbukitan yang tak begitu tinggi namun cukup memadai untuk menikmati keindahan pantainya, seperti bisa kita saksikan dari lokasi sekitar Villa Hantu, Pantai Stangi. Demikian pula pemndangan di sekitar Malimbu, yang dapat melihat ke arah tiga pulau terkenal: Gili Trawangah, Gili Mano, dan Gili Air.

 

Sementara dari pantai kita bisa melihat keindahan panorama perbukitan. Sayangnya, cuaca sudah mulai hujan, sehingga beberapa tempat yang indah tak sempat dikunjungi. 

 

Dengan garis pantai yang panjang, Pantai Senggigi menyuguhkan gradasi warna pasir pantai dari hitam hingga putih, meski tak putih-putih amat. Air lautnya jernih dan bersih dengan riak ombak yang kecil. Pantai Senggigi adalah objek wisata menarik bagi orang-orang yang menyukai laut sebagai pilihan destinasi untuk rekreasi. 

Senggigi hanya berjarak sekitar 16 km dari pusat kota Mataram sebagai ibokota Provinsi NTB. Kalau dihitung dari bandara internasional Lombok Praya sekitar 50 km, dengan perjalanan darat yang lancar sekitar satu jam.

Tak pelak, perjalanan ke Senggigi menghadirkan pengalaman wisata pantai yang mengundang rindu untuk mengulangnya.

  

Senggigi 1999 (kiri) dan 2017 (kanan)

LOMBOK: Pulau Seribu Mesjid

Dikenal sebagai "Pulau Seribu Mesjid", nyatanya di Pulau Lombok terdapat sekitar 5.400 mesjid. Dengan luas pulau mencapai 4.725 km2, berarti setiap 0.88 km2 ada satu mesjid. Ini angka rata-rata dari tempat kosong hingga padat penduduk. Karena itu tak mengherankan kalau di perkotaan yang padat penduduk, bisa kita temukan mesjid dalam jarak yang berdekatan.


Hal itu bisa kita saksikan sejak perjalanan dari Bandara Internasional Lombok menuju pusat kota Mataram. Di kiri-kanan jalan, di tepi jalan yang dekat maupun di kejauhan, mesjid demi mesjid berdiri megah dan indah. Umumnya berukuran besar dengan kapasitas tampung yang cukup banyak, konon karena setiap komunitas selalu berkeinginan untuk memperbesar dan mempersolek mesjid. Pembangunan mesjid, konon bisa berlanjut 10-20 tahun.


Tebaran masjid juga bisa tampak jelas kalau kita berada di ketinggian seperti rooftop hotel atau perbukitan. Menara yang menjulang dan kubah yang indah dapat kita saksikan. Di malam hari, mesjid-mesjid itu berwarna-warni gemerlap dalam gelap.


Tercatat ada lima mesjid terindah di Pulau Lombok, yaitu: Mesjid Islamic Center, Mataram; Mesjid Al Akbar, Masbagik, Lombok Timur; Mesjid Kopang, Lombok Tengah; Mesjid Agung Praya, Lombok Tengah; dan Mesjid Jamiq, Selong, Lombok Timur.

Selain itu, ada juga mesjid tertua yang dibangun pada tahun 1600an, yaitu Mesjid Kuno Bayan Beleq, yang terletak di suatu bukit di Kecamatan Bayan, Lombok Utara, sebagai saksi bisu masuknya agama Islam di Pulau Lombok.


Konon pula, untuk melaksanakan sholat Jumat, kadang mesjidnya digilir. Misalnya Jumat ini di kampung A, lalu Jumat berikutnya di masjid sebelahnya. Wallahu'alam.


Minggu, 30 April 2017

SUMATERA BARAT: Istana Pagaruyung


Istana Pagaruyung dan sekitarnya merupakan wisata spesial yang bersentuhan dengan sejarah dan kerajaan masa lalu, dalam kemasan budaya khas Bukittinggi, yang byukti-buktinya masih dapat dijumpai di kiri-kanan jalan. Tak lupa suguhan cerita tentang asal-usul nama "Minangkabau", yakni tentang kemenangan gudel setempat melawan kerbau besar dari Jawa. 

Istana Pagaruyung terletak di Kecamatan Tanjung Emas, Kota Batusangkar, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat. Diukur dari Padang (Ibukota Sumatera Barat), istana ini berjarak sekitar 108 kilometer, atau sekitar 45 kilometer dari Bukittinggi.
Keindahan Pagaruyung tidak hanya memperlihatkan keindahan istana, tetapi juga lingkungan di sekitarnya, sehingga menjadi destinasi wisata yang wajib dikunjungi. Harga tiket masuknya yang terjangkau membuat istana ini diminati para pelancong. Bisa jalan sendiri, atau dipandu berbagai travel biro, yang banyak menawarkan jasa paket perjalanan saja maupun dilengkapi dengan paket kesenian tradisional Minang.

Menurut sejarah, Istana Pagaruyuang atau Istano Basa merupakan replika dari bangunan asli, yang terletak di atas bukit Batu Patah dan terbakar habis dalam kerusuhan berdarah tahun 1804. Istana tersebut kemudian didirikan kembali, namun kembali terbakar pada tahun 1966.
Proses pembangunan kembali Istano Basa dilakukan dengan peletakan tunggak tuo (tiang utama) pada 27 Desember 1976. Bangunan baru ini tidak didirikan di tapak istana lama, melainkan di lokasi baru di sebelah selatannya.
Pada 27 Februari 2007, Istano Basa kembali mengalami kebakaran akibat petir yang menyambar puncak istana, sehingga bangunan tiga tingkat ini hangus terbakar. Ikut terbakar juga sebagian dokumen serta kain-kain hiasan. Diperkirakan hanya sekitar 15% barang berharga yang selamat. Barang-barang yang lolos dari kebakaran tersebut sekarang disimpan di Balai Benda Purbakala Kabupaten Tanah Datar. Adapun harta pusaka Kerajaan Pagaruyung sendiri disimpan di Istano Silinduang Bulan, 2 kilometer dari Istano Basa.




Kini bangunan Istana Pagaruyung berdiri megah, memancarkan kemewahan Tanah Minang yang kaya. Inilah istana dengan bangunan rumah adat berbentuk rumah gadang. Di dalam istana terdapat museum yang memamerkan beberapa peninggalan dari perlengkapan dan perabotan raja, singgasana raja, juga bilik putri raja dengan warna-warni yang cerah dan indah.
Apabila ingin berfotoria dengan lebih spesial, di lantai bawah istana tersebut terdapat penyewaan baju adat Minangkabau lengkap dengan aksesorisnya, cukup Rp35.000 bisa pakai sepuasnya di area istana. Saya juga melakukannya, dan dengan begitu, saya bisa berkhayal menjadi Bagindo Datuk Nugaya.

 

Sabtu, 29 April 2017

SUMATERA BARAT: Kelok-9


"KELOK-9", merupakan salahsatu tempat wisata yang indah dan paling mengesankan, sekalipun jumlah kelokannya kini tak lagi sembilan.



Jembatan Kelok-9 ini, kini menjadi kebanggan dan Landmark Provinsi Sumatera Barat. Dengan adanya Jembatan Kelok-9, Sumatera Barat semakin dikenal dan menjadi destinasi wisata yang menyajikan sensasi menyeberangi jembatan dengan dikelilingi oleh lembah dan hutan.

Sayang sekali, karena dalam perjalanan dari Pekanbaru kami banyak singgah di beberapa tempat, maka kedatangan ke lokasi itu sudah agak sore, dan senja pun mulai merayap, sehingga keindahan alam yang mempesona itu terpaksa kami tinggalkan, dengan masih menyisakan kepenasaran.



Meskipun demikian, dalam waktu yang singkat itu kami masih sempat menikmati jagung bakar yang dijajakan di beberapa warung.



Tentu saja kami tak melewatkan untuk berfoto ria. Kalau kita tak puas dengan hasil dari kamera atau HP sendiri, kita bisa minta para fotografer yang banyak berkeliaran di situ; -- sayangnya para fotografer tersebut kurang terorganisasi sehingga harganya tidak standar.
Secara geografis, Kelok-9  terletak di Payakumbuh Kabupaten Limapuluh Koto, sebagai jalan penghubung antara Provinsi Sumatera Barat dengan Riau. Konon, di masa lalu, Kelok-9 merupakan jalan yang menyeramkan bagi para pengendara karena bentuk jalannya yang curam dan berbatasan langsung dengan jurang. Namun, kini Kelok-9 tak lagi menyeramkan karena ditopang oleh 30 pilar yang kokoh dengan ketinggian 10-15 meter dan dapat menampung 14.000 kendaraan setiap harinya. Kelok-9 memiliki jembatan penghubung yang membentang meliuk-liuk dan menjadi ciri khas dari Kelok-9 itu sendiri dengan panjang 2,5 KM. Kini, orang dengan sengaja akan lebih memilih untuk melewati Kelok-9 agar dapat menikmati keindahan dan kemegahan arsitektur jalan lintas ini.



Menurut sejarah, Kelok-9 dibangun pada masa Kolonial Belanda, tepatnya tahun 1910. Namun usianya yang tua bukan berarti konstruksi bangunannya juga tua. Pembangunan ulang Kelok-9 pada tahun 2013 semakin memperkokoh keberadaan Kelok-sebagai destinasi wisata Sumatera Barat yang layak disinggahi.


Minggu, 16 Oktober 2016

SULAWESI TENGAH: Palu dan Sekitarnya

Sulawes Tengah yang beribukota di Palu banyak menyimpan destinasi wisata yang indah. Di pusat kota, ada ANJUNGAN NUSANTARA yang terletak di pinggir Teluk Palu, yang merupakan ikon baru di kota ini. Ke depan boleh jadi akan sepopuler Pantai Losari di Makassar.

Di sekitar anjungan ini terdapat patung kuda di sebelah kanan, lapangan gateball di tengah, dan di sebelah kiri membentang jembatan lengkung Ponolele yang bercat kuning. Jembatan ini panjangnya sekitar 250m dan membentang di atas Teluk Palu Pantai Talise.


Panorama bukit sebagai latar belakang dengan keindahan Teluk Talise menjadi kombinasi yang menakjubkan ketika memandangi jembatan ini. Jembatan lengkung ini konon menyimpan mitos tentang tiga ekor buaya yang suka berjemur di bawah perairan sekitarnya. Kendati demikian, waktu saya berkunjung ke sana, yang tampak hanya seekor buaya di kejauhan, itu pun berada di bagian timur, jauh dari jembatan lengkung bercat kuning yang dimitoskan.

Untuk kuliner, jangan lupa nikmati KALEDO, yang terdapat di kota Palu. Sensasi sedot sumsum dan pisau pengiris kikil. Kaledo termasuk ikon kota Palu, karena banyak warung dan rumah makan yang menyajikannya. Padahal, Kaledo singkatan dari Kaki Lembu Donggala, ha ha ha.



Keluar dari kota, kita akan sampai di dataran tinggi Salubay, Kebonkopi yang menghasilkan berbagai jenis sayuran segar. Daerah pegunungan ini terletak di antara Kota Palu dan Kabupaten Parigi Moutoung. Bersuhu dingin dan pemandangan indah seperti di Puncak. 


Di Parigi Moutong, berhadapan dengan pantai, ada Taman Songu Lara dengan keindahan sejumlah bunga dan menaranya yang menjulang tinggi. Ada juga Pantai Kayu Bura. Di pantai ini ada Rumah Kayu di dekat Pantai Kayu Bura, pernah disinggahi Presiden Jokowi waktu pembukaan acara Tomini Sail. Pantai Kayu Bura, artinya kayu berbusa. Konon, di daerah sini seorang pak tua pernah menebang kayu yang berbusa.







Dengan basis pantai yang panjang dan luas, kita juga dapat melakukan MANCING MANIA, misalnya di belakang RM Itfar, Molui Indah, Tambu, Balaesang, Donggala. Dihitung dari Palu (ibukota Sulteng), tempat ini sekitar 115 km atau 2,5jam perjalanan darat roda empat. Sebagian besar melalui jalan di pinggir pantai Selat Makassar.



Sepanjang pantai, kita akan menikmati keindahan alam, antara lain di Pantai Enu.




EBONY
Komoditas yang terkenal di Sulawesi Tengah antara lain adalah Kayu-hitam ebony (Diospyros celebica), tumbuhan asli Sulawesi (Celebes). Kayunya sangat keras, berwarna coklat gelap, kehitaman, atau hitam berbelang-belang kemerahan. Harganya sangat mahal, terutama kalau sudah jadi furniture, ukir-ukiran dan patung, alat musik (misalnya gitar dan piano), tongkat, dan kotak perhiasan. 


Karena populasi di alam menurun drastis, maka sejak 1990 kayu ebony dinyatakan sebagai jenis kayu yang dilindungi, eksploitasinya harus atas persetujuan dan ijin khusus dari Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

Di Sulawesi Tengah, selain di Poso, kayu ini juga tumbuh dalam jumlah terbatas di daerah Enu, Tambu Sabora, menghadap Teluk Palu.


Produk berbahan baku kayu ebony antara lain dapat dibeli di toko Sumber Urip Ebony, Kota Palu. Harganya mulai puluhan ribu hingga puluhan juta rupiah.

JAMBI dan Batanghari

Tak jauh dari pusat kota Jambi, melintas Sungai Batanghari. Di malam hari, Batanghari penuh pesona warna-warni. Dipandang dari Jembatan Gentala Arasy, di sebelah kiri terpampang tulisan Jambi Kota Seberang, dan di sebelah kanan ada tulisan Gentala Arasy. Baik ke kanan maupun ke kiri, kita akan disuguhi pemandangan yang indah.

Batanghari adalah sungai yang spesial, karena merupakan sungai terpanjang di Pulau Sumatera, yang punya nilai sejarah tinggi, sebagai sentral perdagangan bagi Kerajaan Sriwijaya dan Kerajaan Dharmasraya. Mata air sungai ini berasal dari Gunung Rasan, dan yang menjadi hulu dari sungai ini adalah Danau Di Atas (Sumatera Barat), yang setelah menempuh perjalanan jauh bermuara di Laut Cina Selatan.



Jambi Kota Seberang adalah wajah Kota Jambi sebenarnya, tempat warga asli melayu jambi tinggal beserta adat istiadatnya, serta tempat peninggalan benda bersejarah yang masih bertahan dan terjaga dari gerusan zaman.

Sejak tahun lalu di sini diresmikan jembatan pedestrian tempat orang berlalu-lalang, tanpa gangguan roda dua atau empat. Jembatan sepanjang 503m ini menghubungkan Kota Jambi dengan Kampung Seberang, yang dulu harus menyebrang dengan getek (perahu) atau kendaraan darat tapi harus melingkar jauh ke barat dulu, sebelum berputar ke arah jembatan. 

Di ujung seberang jembatan pedestrian, ada jam gadang Jambi atau dikenal dengan menara Gentala Arasy. Di dalam Menara Gentala Arasy itulah terdapat museum mini tentang Islam dan melayu Jambi. Inilah salah satu ikon wisata baru yang menarik di Kota Jambi. Menara ini menggambarkan sejarah penyebaran Agama Islam di Kota Jambi. Bentuknya menyerupai bangunan masjid yang dilengkapi dengan menara. 



Menara ini dimanfaatkan sebagai museum islami. Di museum ini, kita dapat melihat berbagai macam bukti dan sejarah perkembangan Islam di Kota Jambi. Di antaranya ada mushaf Al-Qur’an terbesar di Sumatera berukuran 1,25m x 1,80m. Ada juga Al-Qur’an peninggalan abad ke-19 yang terbuat dari kertas Eropa, tinta Cina merah dan hitam yang tidak memiliki sampul. Selain itu ada Kitab Ilmu Albayan, Kitab Fiqih, dan Tafsir Al-Quran (302 halaman) yang ditulis abad ke-16 dalam bahasa Arab, tinta Cina dan kertas Eropa.

Masih di bagian dalam bangunan, ada ruangan teater yang menayangkan film perkembangan Islam di Jambi dan beberapa cerita rakyat; -- saat saya berkunjung sedang ditayangkan “Rumah untuk Nyai” (Nyai dalam bahasa Jambi berarti Nenek). Kisah sedih tentang kemiskinan penduduk, yang dikemas dengan penuh canda.


Di luar keindahan sekitar jembatan, ada juga Danau Sipin dan tempat yang monumental, seperti Mesjid Seribu Tiang, dan patung Pahlawan Sultan Thaha di pelataran gubernuran.



 



Rabu, 06 April 2016

Candi Mendut



Candi Mendut

Candi Mendut berlokasi tak jauh dari Candi Borobudur, barangkali sekitar tiga kilometeran. Kalau tak tergesa-gesa, wisatawan yang berkunjung ke Candi Borobudur, pastilah menyempatkan datang ke sini. Tepatnya Candi Mendut berada di Desa Mendut, Kecamatan Mungkid, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, sekitar 38 km ke arah barat laut dari Yogyakarta. Tak sampai sejam, kita sudah bisa menikmati wisata sejarah eksistensi agama Budha di negeri tercinta.



J.G. de Casparis menduga bahwa Candi Mendut dibangun oleh raja pertama dari wangsa Syailendra pada tahun 824 M. Diperkirakan usia Candi Mendut lebih tua daripada usia Candi Borobudhur.


Candi ini pertama kali ditemukan pada tahun 1836. Pada tahun 1897-1904, pemerintah Hindia Belanda melakukan pemugaran yang pertama. Kaki dan tubuh candi telah berhasil direkonstruksi. Pada tahun 1908, Van Erp memimpin rekonstruksi dan pemugaran kembali Candi Mendut, yaitu dengan menyempurnakan bentuk atap, memasang kembali stupa-stupa dan memperbaiki sebagian puncak atap. Pemugaran sempat terhenti karena ketidaktersediaan dana, namun dilanjutkan kembali pada tahun 1925.

Denah dasar Candi Mendut berbentuk segi empat. Tinggi bangunan seluruhnya 26,40 m. Tubuh candi Buddha ini berdiri di atas batu setinggi sekitar 2 m. Dinding kaki candi dihiasi dengan 31 buah panel yang memuat berbagai relief cerita, pahatan bunga dan sulur-suluran yang indah. Di ruangan yang cukup luas dalam tubuh Candi Mendut terdapat tiga buah Arca Buddha.



Di sudut selatan, di halaman samping Candi Mendut, terdapat batu-batu reruntuhan yang sedang diidentifikasi dan dicoba untuk direkonstruksi.