Rabu, 03 Mei 2017

The Living Legend: Rachmat Saleh


“Bekerjalah dengan jujur, … kerjakan dengan sepenuh kemampuan untuk mencapai yang terbaik. Dan, .. kalau jadi pemimpin berlakulah sebagai pemimpin yang adil”. Itulah nasihat Bapak Lodan Djojowinoto kepada sang anak yang baru diterima kerja di Bank Indonesia awal 1956. Sang anak tak lain adalah Rachmat Saleh (RS), yang dalam perjalanan karirnya kemudian mencapai puncak sebagai Gubernur Bank Indonesia selama dua periode dan Menteri Perdagangan.
Itulah sepenggal tanggapan RS dalam acara Bedah Buku “Rachmat Saleh: Legacy Sang Legenda” (xxxvii + 444 halaman) di Ruang Serbaguna Kampus Bumi LPPI, Jakarta, sekaligus merayakan ulang tahun RS, 4 Mei 2015.



Sebelumnya, DR. C. Harinowo (Komisaris Bank BCA), Ir. Hartarto (mantan Menteri Perdagangan), dan DR. Achwan (mantan Deputi Gubernur BI) menyampaikan pandangannya tentang buku ini, dipandu oleh moderator DR. Subarjo Joyosumarto (mantan Deputi Gubernur BI, mantan Ketua LPPI, dan kini Rektor Indonesia Banking School). Tentu saja semuanya memuji-muji.
Selain itu, dalam buku ini ada juga beberapa testimoni dari sejumlah tokoh nasional antara lain Wapres Jusuf Kalla yang menyebutnya sebagai “Dirigen Keberpihakan Kepada Pribumi” dan Burhanuddin Abdullah, yang menyebut RS sebagai “Legenda Hidup Perbankan”, atau The Living Legend. Memang kualitas kepemimpinannya luar biasa.
Dalam usianya yang sudah melewati 85 tahun, suara RS masih mantap dan berwibawa untuk menjawab berbagai pertanyaan, termasuk alasan kenapa dalam proses penyusunan buku itu dia sama sekali tak terlibat, bahkan untuk sekadar diwawancarai. Seperti diketahui, biografi ini memang tampil istimewa karena seluruhnya merupakan penuturan orang lain, bukan dari sang tokoh.
Pernah saya dengar dari para pendukung proses penulisan buku ini, bahwa RS menolak ketika sampul bukunya itu akan menampilkan foto dirinya yang cukup besar, seperti kebanyakan buku biografi. Hasil kompromi, akhirnya foto RS dipasang minimal, dan bendera merah putih yang berkibar diu belakangnya.
Semoga kehadiran buku ini memberi manfaat, khususnya contoh keteladanan dari sang pemimpin, Bapak Rachmat Saleh. Aamiin.

Minggu, 30 April 2017

SUMATERA BARAT: Istana Pagaruyung


Istana Pagaruyung dan sekitarnya merupakan wisata spesial yang bersentuhan dengan sejarah dan kerajaan masa lalu, dalam kemasan budaya khas Bukittinggi, yang byukti-buktinya masih dapat dijumpai di kiri-kanan jalan. Tak lupa suguhan cerita tentang asal-usul nama "Minangkabau", yakni tentang kemenangan gudel setempat melawan kerbau besar dari Jawa. 

Istana Pagaruyung terletak di Kecamatan Tanjung Emas, Kota Batusangkar, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat. Diukur dari Padang (Ibukota Sumatera Barat), istana ini berjarak sekitar 108 kilometer, atau sekitar 45 kilometer dari Bukittinggi.
Keindahan Pagaruyung tidak hanya memperlihatkan keindahan istana, tetapi juga lingkungan di sekitarnya, sehingga menjadi destinasi wisata yang wajib dikunjungi. Harga tiket masuknya yang terjangkau membuat istana ini diminati para pelancong. Bisa jalan sendiri, atau dipandu berbagai travel biro, yang banyak menawarkan jasa paket perjalanan saja maupun dilengkapi dengan paket kesenian tradisional Minang.

Menurut sejarah, Istana Pagaruyuang atau Istano Basa merupakan replika dari bangunan asli, yang terletak di atas bukit Batu Patah dan terbakar habis dalam kerusuhan berdarah tahun 1804. Istana tersebut kemudian didirikan kembali, namun kembali terbakar pada tahun 1966.
Proses pembangunan kembali Istano Basa dilakukan dengan peletakan tunggak tuo (tiang utama) pada 27 Desember 1976. Bangunan baru ini tidak didirikan di tapak istana lama, melainkan di lokasi baru di sebelah selatannya.
Pada 27 Februari 2007, Istano Basa kembali mengalami kebakaran akibat petir yang menyambar puncak istana, sehingga bangunan tiga tingkat ini hangus terbakar. Ikut terbakar juga sebagian dokumen serta kain-kain hiasan. Diperkirakan hanya sekitar 15% barang berharga yang selamat. Barang-barang yang lolos dari kebakaran tersebut sekarang disimpan di Balai Benda Purbakala Kabupaten Tanah Datar. Adapun harta pusaka Kerajaan Pagaruyung sendiri disimpan di Istano Silinduang Bulan, 2 kilometer dari Istano Basa.




Kini bangunan Istana Pagaruyung berdiri megah, memancarkan kemewahan Tanah Minang yang kaya. Inilah istana dengan bangunan rumah adat berbentuk rumah gadang. Di dalam istana terdapat museum yang memamerkan beberapa peninggalan dari perlengkapan dan perabotan raja, singgasana raja, juga bilik putri raja dengan warna-warni yang cerah dan indah.
Apabila ingin berfotoria dengan lebih spesial, di lantai bawah istana tersebut terdapat penyewaan baju adat Minangkabau lengkap dengan aksesorisnya, cukup Rp35.000 bisa pakai sepuasnya di area istana. Saya juga melakukannya, dan dengan begitu, saya bisa berkhayal menjadi Bagindo Datuk Nugaya.

 

Sabtu, 29 April 2017

Nemu TAS


Sekitar pkl 16:30 WIB barusan, tak sengaja saya menemukan tas di samping mesin ATM BCA.
Tasnya terbuka. Saya lihat ada dompet berisi KTP yang alamatnya tak terlalu jauh dari lokasi ATM, ... karena itu saya langsung mencari alamatnya. Tak sampai setengah jam, rumahnya ketemu, ... rumah yang sungguh mewah di komplek itu.
Bukan main senangnya pemilik tas itu, seorang ibu paruh baya yang cantik dan tampaknya ada gurat-gurat keturunan ningrat.
Dibukanya tas itu. Selain dompet berisi KTP, rupanya tas itu berisi kartu kredit, surat-surat penting, power bank, dan uang, yang masih terkemas dalam amplop besar. "Alhadulillah uangnya tak berkurang, tetap limapuluhjuta", katanya.
Setelah itu, saya pamitan. Namun tiba-tiba ibu itu mengambil amplop besar itu, dan disodorkan ke saya. "Ini, sebagai ucapan terima kasih", katanya.
Antara malu dan gengsi saya bilang: "Nggak usah Bu, saya ikhlas kok", lalu saya pun berlalu.
Tapi ibu cantik itu mengejar saya dan memasukkan amplop besar tersebut ke dalam tas saya sambil menepuk pundak saya. "Nggak perlu uangnya Mas, ... yang penting surat-suratnya kembali", katanya.
Akhirnya, saya pun menerima uang itu dengan senang.
=====
Duh.... Seandainya ini cerita beneran, pasti bisa buat traktir pembaca tulisan ini.

SUMATERA BARAT: Kelok-9


"KELOK-9", merupakan salahsatu tempat wisata yang indah dan paling mengesankan, sekalipun jumlah kelokannya kini tak lagi sembilan.



Jembatan Kelok-9 ini, kini menjadi kebanggan dan Landmark Provinsi Sumatera Barat. Dengan adanya Jembatan Kelok-9, Sumatera Barat semakin dikenal dan menjadi destinasi wisata yang menyajikan sensasi menyeberangi jembatan dengan dikelilingi oleh lembah dan hutan.

Sayang sekali, karena dalam perjalanan dari Pekanbaru kami banyak singgah di beberapa tempat, maka kedatangan ke lokasi itu sudah agak sore, dan senja pun mulai merayap, sehingga keindahan alam yang mempesona itu terpaksa kami tinggalkan, dengan masih menyisakan kepenasaran.



Meskipun demikian, dalam waktu yang singkat itu kami masih sempat menikmati jagung bakar yang dijajakan di beberapa warung.



Tentu saja kami tak melewatkan untuk berfoto ria. Kalau kita tak puas dengan hasil dari kamera atau HP sendiri, kita bisa minta para fotografer yang banyak berkeliaran di situ; -- sayangnya para fotografer tersebut kurang terorganisasi sehingga harganya tidak standar.
Secara geografis, Kelok-9  terletak di Payakumbuh Kabupaten Limapuluh Koto, sebagai jalan penghubung antara Provinsi Sumatera Barat dengan Riau. Konon, di masa lalu, Kelok-9 merupakan jalan yang menyeramkan bagi para pengendara karena bentuk jalannya yang curam dan berbatasan langsung dengan jurang. Namun, kini Kelok-9 tak lagi menyeramkan karena ditopang oleh 30 pilar yang kokoh dengan ketinggian 10-15 meter dan dapat menampung 14.000 kendaraan setiap harinya. Kelok-9 memiliki jembatan penghubung yang membentang meliuk-liuk dan menjadi ciri khas dari Kelok-9 itu sendiri dengan panjang 2,5 KM. Kini, orang dengan sengaja akan lebih memilih untuk melewati Kelok-9 agar dapat menikmati keindahan dan kemegahan arsitektur jalan lintas ini.



Menurut sejarah, Kelok-9 dibangun pada masa Kolonial Belanda, tepatnya tahun 1910. Namun usianya yang tua bukan berarti konstruksi bangunannya juga tua. Pembangunan ulang Kelok-9 pada tahun 2013 semakin memperkokoh keberadaan Kelok-sebagai destinasi wisata Sumatera Barat yang layak disinggahi.


Minggu, 02 April 2017

BOGOR: Resto Kluwih

RESTO KLUWIH, Bogor
Resto ini belum genap sebulan sejak diresmikan 13 Maret 2017. Namun, kehadirannya banyak mengundang orang untuk bertandang. 
Pertama, karena lokasinya yang mudah dijangkau, yakni di Jl. Binamarga II nomor 27 Bogor, berdekatan dengan gerbang tol Bogor.
 
Kedua, karena arsitekturnya yang ciamik, nampak keren di antara sejumlah bangunan yang ada di sekitarnya, apalagi di seberangnya berjejer taman-taman penjual tanaman hias, yang menambah keasrian resto ini. Dua pohon besar tidak ditebang, melainkan dipertahankan tumbuh dan berkembang di area resto, bahkan menerobos dan menjulang hingga ke lantai 2. Kedua pohon tersebut menjadi pemikat karena keunikannya, salahsatunya ya pohon Kluwih yang menjadi nama resto ini. Kluwih (Artocarpus Communis atau Artocarpus altilis) buahnya mirip sukun dan nangka. Tanaman ini sudah jarang kita jumpai, mungkin karena nilai ekonomisnya rendah atau masyarakat belum tahu cara pengolahannya.
 
  
Ketiga, penataan ruangan sangat efisien tetapi memberi ruang yang nyaman bagi orang-orang yang gemar selfie, welfie, atau berfotoria. Di lantai 1, ada tempat mainan anak dan sangkar burung besar. Untuk naik ke lantai 2, bukannya disediakan tangga, melainkan ada jalan melingkar. Di lantai 2, selain dekat dengan daun-daun kedua pohon besar itu, ada juga sangkar burung berbagai jenis; juga ada bemo, kendaraan favorit zaman baheula, yang kini ternyata sangat disukai oleh anak-anak kecil (dan anak besar juga). Oh ya, meskipun secara umum resto ini bersatu dengan alam terbuka, tapi di lantai 2 ada juga ruangan ber-AC bagi yang menginginkan.
                
Adapun menu makanan dan minumannya, saya kira biasa-biasa saja seperti kebanyakan resto Sunda, antara lain: Nasi Tutug Oncom, Soto Bogor, Nasi Bakar Jambal, Tempe Tepung, Semur Jengkol, Ayam Kalasan, Bajigur, Colenak, Es Tape Kelapa, Es Kelapa Alpukat, Es Jeruk Peras, Es Coklat, dll. Sajian yang menggoda untuk dinikmati pastilah paket liwet untuk 6-10 orang beralas daun pisang, yang sangat eksotik !!!. Sayang, kami harus kuciwa karena tak dapat menikmati paket tersebut. Khusus untuk sayur asem yang di dalamnya ada Kluwih (sebagai icon resto ini), sepertinya tak seenak buatan ibu saya doeloe. Terlalu manis, kurang asem, dan bau cabe merah. Semoga hal ini menjadi perhatian dari pengelola resto ini.

  
 

Oh ya, dengan membludaknya peminat, maka kita harus berbekal cukup kesabaran untuk menunggu pesanan datang. 

Kamis, 23 Maret 2017

BOGOR: Angkot vs Transportasi Online

ANGKOT VS TRANSPORTASI ONLINE

ANGKOT itu layak menjadi bagian dari masa lalu, seperti halnya delman, sado, helicak, becak, dan bemo.
Dalam waktu dekat, keberadaan mereka cukup 10% saja dari populasi angkutan di kota, sekadar oase bagi penawar kehausan romantisme.



 Tanggal 21 Maret 2017, sopir angkot kota Bogor berdemo lagi. Dan seperti tahun lalu, jalanan lengang, orang-orang berselfie-ria.
Setahun yang lalu mereka menuntut agar Pemda Kota Bogor menghentikan jalur angkot searah, ... dan setahun ini kita sudah terbiasa dengan perubahan itu.
Tahun ini tuntutannya beralih ke transportasi berbasis online, yang mengundang sumpah serapah dari calon penumpang.


Menurut saya, jalan searah dan transportasi online adalah ciri-ciri kota masa depan yang berbudaya. Sebaliknya, jalan banyak arah dan moda tranportasi angkot yang bikin macet itu adalah sisa-sisa budaya lama, yang tidak adaptif terhadap perubahan zaman.
Inti permasalahan kemacetan di kota Bogor adalah terlalu banyak angkot, karena kemacetan cara berpikir pejabat di masa lalu, yang begitu mudah mengeluarkan izin trayek angkot.
Karena itu, saatnya bagi Pemda Kota Bogor untuk membuat kebijakan tegas mengurangi populasi angkot. Dalam hal ini, transportasi online adalah jawabannya, dengan layanan prima yang nyaman, cepat, murah, dan melayani berbagai kebutuhan secara to the point.
Selain itu, ada 10 Alasan Menyukai Taxi Online: (1) Murah; (2) Mobil bagus; (3) Muat banyak; (4) Tidak takut nyasar; (5) Tak ribet uang kembalian; (6) Tak takut Argo Kuda; (7) Bisa charge HP; (8) Ada permen Aqua dan tissue; (9) Dilihat tetangga, "Ck ck ck, dia udah pake sopir"; (10) Kata satpam kompleks, "Wah mobil bapa itu banyak betul, gonta-ganti terus".
Go Taxi On-line !!!

Pengurangan angkot sebaiknya dilakukan secara bertahap, misalnya hanya tersisa sepersepuluhnya dalam waktu tiga tahun. Bolehlah kalau Pemda mau menyediakan angkutan umum pengganti yang lebih baik.
Sesungguhnyalah penggunaan teknologi (dalam bidang apa pun) memang mengundang ekses, dan hal itu sudah berlangsung sejak lama: kuda, delman, becak, angkot. Dan sudah terbukti pula bahwa akhirnya teknologi baru menjadi keniscayaan untuk diadopsi meskipun sempat terjadi penolakan pada awalnya.

Kita berharap, Bogor bisa kembali ke Buitenzorg yang nyaman. 

Minggu, 19 Maret 2017

NAMAKU DAHLIA, Kisah Kelompok Perempuan di Dusun Lubuk Beringin

Penulis: Syafrizaldi, 

Judul Buku: Namaku Dahlia. Kisah Kelompok Perempuan di Dusun Lubuk Beringin

Penerbit: Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

Tahun Terbit: 2015

Tebal: 180 halaman

ISBN 978-602-03-1712-0.




Buku ini bukan novel, apalagi fiksi. Buku ini adalah kisah nyata, true story, 15 tahun perjuangan kelompok perempuan di Dusun Lubuk Beringin untuk keluar dari keterpurukan ekonomi. 
Di dusun pedalaman yang berjarak sekitar 350 km dari pusat ibukota Provinsi Jambi ini akan kita dapati sekelompok perempuan luar biasa. Mereka adalah organisator andal. Kegiatan "yasinan" dikreasikan menjadi arisan, yang lalu berkembang menjadi lembaga keuangan mikro yang kuat, sekaligus memberi manfaat bagi penduduk untuk memberdayakan potensi ekonomi lokal yang berbasis pertanian. Mereka berhasil mengusir rentenir dan menghalau pencari rente dari luar kampung.

Gerakan perempuan yang kemudian membentuk Koperasi Wanita Dahlia ini, memang bukan koperasi beraset dan beromset besar yang wah, ... namun semangat kemandirian dan gotong royong sungguh demikian tertanam dalam. Mereka tak sungkan mengembalikan uang bantuan dari Pemerintah yang "ada-ada saja" maunya.

Kisah perjuangan para perempuan andal ini sungguh layak menjadi referensi bagi gerakan perekonomian lokal bersemangat koperasi di seluruh penjuru negeri.

Gerakan perempuan yang kemudian membentuk Koperasi Wanita Dahlia ini, memang bukan koperasi beraset dan beromset besar yang wah, ... namun semangat kemandirian dan gotong royong sungguh demikian tertanam dalam. Mereka tak sungkan mengembalikan uang bantuan dari Pemerintah yang "ada-ada saja" maunya.

Kisah perjuangan para perempuan andal ini sungguh layak menjadi referensi bagi gerakan perekonomian lokal bersemangat koperasi di seluruh penjuru negeri.


Contoh keberhasilan semacam ini seharusnya memang didokumentasikan. Bukan untuk dicopy paste di tempat lain, karena setiap daerah berbeda masalah. Melainkan sebagai referensi bahwa ada cara lain untuk menyiasati situasi.