Perbankan Masa Depan
Oleh Tika Noorjaya
Ketika pada tahun 2010 Brett King menerbitkan Bank 2.0, buku itu segera
menjadi best seller di seluruh dunia,
-- mengambil-alih
perbincangan tentang industri perbankan dan keuangan yang identik
dengan perubahan perilaku nasabah, pergeseran teknologi, dan model perbankan baru.
Mengikuti kebiasaan penamaan program aplikasi dalam dunia komputerisasi,
penerbitan Bank 3.0 kali ini merupakan edisi revisi (dari Bank 2.0) untuk merespons
terjadinya perubahan lingkungan yang begitu cepat dalam beberapa tahun
terakhir, -- yang oleh penulisnya, Brett King, diyakini akan sangat berpengaruh
terhadap dunia perbankan di masa depan. Dalam buku ini ditunjukkan
terjadinya kesenjangan pemahaman yang semakin melebar antara
nasabah dan pelaku jasa keuangan, sehingga berpeluang besar bagi
lembaga lain (non-bank) untuk menyaingi industri
perbankan.
Brett King memaparkan perkembangan terbaru dan mendefinisikan
jasa keuangan dan pembayaran, khususnya
terkait Era Digital yang didominasi oleh mobile wallet dan
harapan yang diciptakan oleh komputer
tablet, ledakan media sosial serta munculnya konsumen de-banked, yang tidak
membutuhkan bank sama sekali.
Buku ini
membagi pemaparannya ke dalam tiga bagian, yang dirinci menjadi 14 bab. Bagian Pertama tentang perubahan
perilaku nasabah (Changes in Customer
Behaviour), yang berisi dua bab. Bagian
Kedua tentang Membangun Kembali Bank (Rebuilding
the Bank), yang dielaborasi menjadi enam bab. Selanjutnya Bagian Tiga tentang Jalan ke Masa Depan
(The Road Ahead – Beyond Channel), yang
didalami melalui enam bab. Dengan 387 halaman isi, maka penulis cukup lapang
untuk memaparkan hasil pemikirannya. Penyertaan Glossary di akhir buku memberikan tambahan pengetahuan, khususnya
bagi pembaca yang kurang memahami berbagai terminologi Teknologi Informasi (Information Technology), yang banyak
dirujuk terutama di Bagian Dua dan Bagian Tiga.
Buku ini wajib dibaca oleh orang-orang yang berkiprah dalam industri
perbankan. Buku ini menelusuri peta baru industri perbankan
dari aspek kecenderungan makro, kompetisi, transformasi digital, termasuk
berbagai aspek teknis digitalisasi. Buku ini menawarkan
wawasan pragmatis mengenai
tantangan dan peluang yang
berdampak besar terhadap lembaga keuangan
saat ini. Sebuah gambaran yang
sangat baik tentang tantangan yang dihadapi sektor perbankan di masa depan.
Perkembangan Teknologi dan Sikap Konsumen
Sejak
2011, pemakaian internet telah melampaui penggunaan televisi dan surat kabar
sebagai sumber utama generasi muda (Gen-Y)
dalam memperoleh informasi. Sejalan dengan itu perbankan menyadari bahwa
pemanfaatan teknologi untuk layanan perbankan adalah suatu keniscayaan. Perbankan
tak mungkin lagi mundur dengan menghindari penggunaan internet banking, mobile phone, dan media sosial. Kini menjadi
kewajiban bagi perbankan untuk berinvestasi pada peralatan teknologi yang senantiasa
terus berkembang (halaman 20).
Perkembangan
yang lain adalah meningkatnya jumlah penduduk berpenghasilan menengah yang
perilakunya mengikuti teori Abraham Maslow. Pertumbuhan teknologi dan pelayanan
yang semakin efisien menempatkan para nasabah pada tingkat self-actualization dalam Hierarki Maslow (halaman 23). Kini, orang-orang berhubungan dengan bank karena gengsi,
berharap mendapat pengakuan sebagai manusia berhargadiri tinggi, sehingga kedudukan
nasabah pun menjadi semakin tinggi. Di masa lalu sebuah bank dengan mudah bisa menolak
permintaan nasabah, apabila tidak mengikuti ketentuan bank yang berlaku. Kini,
para nasabah memiliki “kekuasaan” yang lebih besar dalam memilih produk bank
yang diperlukan serta memilih bank yang akan didatangi.
Kesimpulannya,
perilaku nasabah telah berubah dalam dua aspek, yaitu aspek psikologi (karena self actualization yang tinggi) dan
penggunaan teknologi (yang memudahkan akses ke perbankan). Hal yang perlu diwaspadai
adalah bahwa perubahan perilaku nasabah tersebut akan berjalan terus menerus dan
semakin lama akan semakin cepat.
Sekalipun
demikian, jangan khawatir. Dengan perubahan perilaku nasabah dan perkembangan
teknologi seperti yang telah terjadi selama ini, fungsi kantor cabang bank masih
seperti yang lalu. Kunjungan nasabah ke kantor cabang bank boleh jadi makin
menurun, tetapi kantor cabang tetap diperlukan secara fisik karena: (1) Kebutuhan
akan dana tunai terutama bagi nasabah retail,
(2) Keperluan akan nasehat dan saran-saran dari pejabat bank mengenai produk
yang tidak dimengerti nasabah; dan (3) Persoalan-persoalan yang dihadapi
nasabah, yang tidak bisa diselesaikan
oleh teknologi baru (halaman 89).
Kunjungan ke kantor cabang bank semakin lama memang semakin menurun
terutama di negara-negara yang sudah maju, -- diperkirakan kunjungan ke kantor
cabang bank menurun 30-80% (halaman 118). Hal ini akan berpengaruh pada
bank-bank kecil yang mengandalkan pelayanannya melalui kantor cabang. Selain
itu dengan perubahan perilaku nasabah yang memanfaatkan teknologi, menjadi
jelas bahwa kantor cabang menjadi kurang menarik apalagi kalau nasehat dan
rekomendasi dari pegawai bank bisa dilakukan secara on-line, yang bisa dilakukan lebih cepat dan tak mengenal waktu.
Bahkan diperkirakan para nasabah akan lebih memperhatikan nama bank daripada
lokasi kantor cabang bank lain.
Penutup
Menurut
Chris Skinner dalam buku Digital Bank (2014), berbagai
perubahan di industri perbankan tidak akan mengubah peta persaingan perbankan (competitive landscape). Landscape perbankan saat ini tak berbeda
dengan landscape perbankan tahun
1980an. Memang ada jaringan-jaringan baru seperti internet, call center, mobile bank, tetapi persaingan di antara
perbankan dan pasar perbankan masih sama dengan persaingan pada tahun 1980an,
karena umumnya bank-bank itu sendiri sama-sama mengikuti perkembangan
teknologi. Halnya, perbankan adalah bagian integral dari bisnis dan ekonomi
suatu negara. Seperti telah terbukti selama ini, bank merupakan lembaga yang
dapat membantu pertumbuhan ekonomi negara, dan peranan ini tetap melekat pada
bank dari dulu hingga sekarang.
Hal
ini menjadikan suatu optimisme bahwa ke depan, fungsi dan tugas pokok perbankan
akan tetap berada di lembaga perbankan. Begitu pula, kehadiran perbankan tetap
memerlukan lembaga pembinaan dan pengawasan agar nasabah tak dirugikan. Mendirikan
bank baru tetap harus dengan izin, sebuah bank tetap harus mengikuti aturan
yang berlaku, dan sebuah bank tetap menjadi obyek dari pengawasan dan pemeriksaan
oleh regulator.
Dalam
kaitan itulah, menjadi penting bagi regulator untuk mengikuti perkembangan
teknologi yang melaju, yang kemudian menjadi acuan untuk penyempurnaan
regulasinya setiap waktu, agar kisah kelam krisis keuangan dan perbankan di masa
lalu tak terulang di masa mendatang.
Tika Noorjaya adalah pengamat ekonomi dan perbankan,
tinggal di Bogor.
RESENSI BUKU:
Penulis: Brett King.
Judul Buku: Bank
3.0.
Penerbit: Marshal
Cavendish (International) Asia Pte Ltd, Singapore.
Cetakan pertama: 2013.
Tebal: 400 halaman.
Artikel ini dimuat dalam Majalah KARSA, Vol 5, 01, 2016, halaman 32-33.
ISBN: 978-981-4382-12-0