Sabtu, 20 Februari 2016

Tragedi di Akhir Titian



Penulis: Arifuddin Ali Patunru

Judul Buku: Tragedi di Akhir Titiaan: Meraup Makna dari Berbagai Kisah dan Peristiwa

Penerbit: Pustaka Nusantara, Grobogan, Jawa Tengah.

Tahun terbit: 2014

Tebal: 200 halaman.


Judul buku ini, “Tragedi di Akhir Titian”, juga merupakan satu dari 18 judul tulisan yang dikompilasi dalam buku ini. Judul itu terkait dengan musibah yang dialami Burhanuddin Abdullah, Gubernur Bank Indonesia yang harus menjalani hukuman lantaran kasus “Aliran Dana BI”. Sebagai pensiunan Bank Indonesia, rupanya Daeng Arifuddin ingin mendudukkan masalah “tragedi” tersebut secara lebih proporsional.

Selebihnya, 17 artikel lain, bercerita tentang pengalaman hidupnya sejak di kampung halamannya (Maros, Sulawesi Selatan), tempatnya bekerja (Bank Indonesia), serta beberapa kali perjalanan ke luar negeri termasuk ke tanah suci. Buku ini merupakan upaya penulisnya untuk mendokumentasikan berbagai kisah dan peristiwa, baik yang dialaminya maupun tidak, dengan harapan untuk meraup makna yang terkandung di dalamnya.

Saya bisa menikmati buku ini, karena hampir semua kota yang disebutnya dalam buku ini pernah saya kunjungi. Ya, selama dua tahun mukim di Makassar, saya sempat mengunjungi hampir semua kota/kabupaten di Sulawesi Selatan, bahkan sebelum provinsi itu dipecah menjadi dua.
Kebetulan juga, saya menjadi Editor buku Burhanuddin Addullah “Mengadili Dewan Gubernur Bank Indonesia: Catatan Akhir Perrjalanan Karir”. Karena itu, saya dapat merasakan kegundahan seperti yang dirasakan penulis buku ini. Pengantar saya untuk buku tersebut berjudul "Merajut Benang Kusut".
https://www.blogger.com/blogger.g…

Alhamdulillah, perpustakaan saya bertambah satu buku lagi. Terima kasih Pak Arifuddin Ali Patunru.


Jumat, 12 Februari 2016

Perbankan Masa Depan






Perbankan Masa Depan
Oleh Tika Noorjaya

Ketika pada tahun 2010 Brett King menerbitkan Bank 2.0, buku itu segera menjadi best seller di seluruh dunia, -- mengambil-alih perbincangan tentang industri perbankan dan keuangan yang identik dengan perubahan perilaku nasabah, pergeseran teknologi, dan model perbankan baru.
Mengikuti kebiasaan penamaan program aplikasi dalam dunia komputerisasi, penerbitan Bank 3.0 kali ini merupakan edisi revisi (dari Bank 2.0) untuk merespons terjadinya perubahan lingkungan yang begitu cepat dalam beberapa tahun terakhir, -- yang oleh penulisnya, Brett King, diyakini akan sangat berpengaruh terhadap dunia perbankan di masa depan. Dalam buku ini ditunjukkan terjadinya kesenjangan pemahaman yang semakin melebar antara nasabah dan pelaku jasa keuangan, sehingga berpeluang besar bagi lembaga lain (non-bank) untuk menyaingi industri perbankan.
Brett King memaparkan perkembangan terbaru dan mendefinisikan jasa keuangan dan pembayaran, khususnya terkait Era Digital yang didominasi oleh mobile wallet dan harapan yang diciptakan oleh komputer tablet, ledakan media sosial serta munculnya konsumen de-banked, yang tidak membutuhkan bank sama sekali.
Buku ini membagi pemaparannya ke dalam tiga bagian, yang dirinci menjadi 14 bab. Bagian Pertama tentang perubahan perilaku nasabah (Changes in Customer Behaviour), yang berisi dua bab. Bagian Kedua tentang Membangun Kembali Bank (Rebuilding the Bank), yang dielaborasi menjadi enam bab. Selanjutnya Bagian Tiga tentang Jalan ke Masa Depan (The Road Ahead – Beyond Channel), yang didalami melalui enam bab. Dengan 387 halaman isi, maka penulis cukup lapang untuk memaparkan hasil pemikirannya. Penyertaan Glossary di akhir buku memberikan tambahan pengetahuan, khususnya bagi pembaca yang kurang memahami berbagai terminologi Teknologi Informasi (Information Technology), yang banyak dirujuk terutama di Bagian Dua dan Bagian Tiga.
Buku ini wajib dibaca oleh orang-orang yang berkiprah dalam industri perbankan.  Buku ini menelusuri peta baru industri perbankan dari aspek kecenderungan makro, kompetisi, transformasi digital, termasuk berbagai aspek teknis digitalisasi. Buku ini menawarkan wawasan pragmatis mengenai tantangan dan peluang yang berdampak besar terhadap lembaga keuangan saat ini. Sebuah gambaran yang sangat baik tentang tantangan yang dihadapi sektor perbankan di masa depan.
  
Perkembangan Teknologi dan Sikap Konsumen
Sejak 2011, pemakaian internet telah melampaui penggunaan televisi dan surat kabar sebagai sumber utama generasi muda (Gen-Y) dalam memperoleh informasi. Sejalan dengan itu perbankan menyadari bahwa pemanfaatan teknologi untuk layanan perbankan adalah suatu keniscayaan. Perbankan tak mungkin lagi mundur dengan menghindari penggunaan internet banking, mobile phone, dan media sosial. Kini menjadi kewajiban bagi perbankan untuk berinvestasi pada peralatan teknologi yang senantiasa terus berkembang (halaman 20).
Perkembangan yang lain adalah meningkatnya jumlah penduduk berpenghasilan menengah yang perilakunya mengikuti teori Abraham Maslow. Pertumbuhan teknologi dan pelayanan yang semakin efisien menempatkan para nasabah pada tingkat self-actualization dalam Hierarki Maslow (halaman 23). Kini, orang-orang berhubungan dengan bank karena gengsi, berharap mendapat pengakuan sebagai manusia berhargadiri tinggi, sehingga kedudukan nasabah pun menjadi semakin tinggi. Di masa lalu sebuah bank dengan mudah bisa menolak permintaan nasabah, apabila tidak mengikuti ketentuan bank yang berlaku. Kini, para nasabah memiliki “kekuasaan” yang lebih besar dalam memilih produk bank yang diperlukan serta memilih bank yang akan didatangi.
Kesimpulannya, perilaku nasabah telah berubah dalam dua aspek, yaitu aspek psikologi (karena self actualization yang tinggi) dan penggunaan teknologi (yang memudahkan akses ke perbankan). Hal yang perlu diwaspadai adalah bahwa perubahan perilaku nasabah tersebut akan berjalan terus menerus dan semakin lama akan semakin cepat.
Sekalipun demikian, jangan khawatir. Dengan perubahan perilaku nasabah dan perkembangan teknologi seperti yang telah terjadi selama ini, fungsi kantor cabang bank masih seperti yang lalu. Kunjungan nasabah ke kantor cabang bank boleh jadi makin menurun, tetapi kantor cabang tetap diperlukan secara fisik karena: (1) Kebutuhan akan dana tunai terutama bagi nasabah retail, (2) Keperluan akan nasehat dan saran-saran dari pejabat bank mengenai produk yang tidak dimengerti nasabah; dan (3) Persoalan-persoalan yang dihadapi nasabah,  yang tidak bisa diselesaikan oleh teknologi baru (halaman 89).
Kunjungan ke kantor cabang bank semakin lama memang semakin menurun terutama di negara-negara yang sudah maju, -- diperkirakan kunjungan ke kantor cabang bank menurun 30-80% (halaman 118). Hal ini akan berpengaruh pada bank-bank kecil yang mengandalkan pelayanannya melalui kantor cabang. Selain itu dengan perubahan perilaku nasabah yang memanfaatkan teknologi, menjadi jelas bahwa kantor cabang menjadi kurang menarik apalagi kalau nasehat dan rekomendasi dari pegawai bank bisa dilakukan secara on-line, yang bisa dilakukan lebih cepat dan tak mengenal waktu. Bahkan diperkirakan para nasabah akan lebih memperhatikan nama bank daripada lokasi kantor cabang bank lain.

Penutup
Menurut Chris Skinner dalam buku Digital Bank (2014), berbagai perubahan di industri perbankan tidak akan mengubah peta persaingan perbankan (competitive landscape). Landscape perbankan saat ini tak berbeda dengan landscape perbankan tahun 1980an. Memang ada jaringan-jaringan baru seperti internet, call center, mobile bank, tetapi persaingan di antara perbankan dan pasar perbankan masih sama dengan persaingan pada tahun 1980an, karena umumnya bank-bank itu sendiri sama-sama mengikuti perkembangan teknologi. Halnya, perbankan adalah bagian integral dari bisnis dan ekonomi suatu negara. Seperti telah terbukti selama ini, bank merupakan lembaga yang dapat membantu pertumbuhan ekonomi negara, dan peranan ini tetap melekat pada bank dari dulu hingga sekarang.
Hal ini menjadikan suatu optimisme bahwa ke depan, fungsi dan tugas pokok perbankan akan tetap berada di lembaga perbankan. Begitu pula, kehadiran perbankan tetap memerlukan lembaga pembinaan dan pengawasan agar nasabah tak dirugikan. Mendirikan bank baru tetap harus dengan izin, sebuah bank tetap harus mengikuti aturan yang berlaku, dan sebuah bank tetap menjadi obyek dari pengawasan dan pemeriksaan oleh regulator.
Dalam kaitan itulah, menjadi penting bagi regulator untuk mengikuti perkembangan teknologi yang melaju, yang kemudian menjadi acuan untuk penyempurnaan regulasinya setiap waktu, agar kisah kelam krisis keuangan dan perbankan di masa lalu tak terulang di masa mendatang.

Tika Noorjaya adalah pengamat ekonomi dan perbankan, tinggal di Bogor.


RESENSI BUKU:

Penulis: Brett King.

Judul Buku: Bank 3.0.

Penerbit: Marshal Cavendish (International) Asia Pte Ltd, Singapore.

Cetakan pertama: 2013.

Tebal:  400 halaman.



Artikel ini dimuat dalam Majalah KARSA, Vol 5, 01, 2016, halaman 32-33.
ISBN: 978-981-4382-12-0