STRATEGI MENGAKSELERASI GERAKAN UMKM NAIK KELAS
Disiapkan oleh Tika Noorjaya, Pengurus ABDSI dan Sekjen PPUK Bakti Persada.
Pengantar
“UMKM Naik Kelas” mulai menyita perhatian kita sejak dua tahun lalu. Banyak pihak yang skeptis, namun lebih banyak lagi yang antusias.
Disiapkan oleh Tika Noorjaya, Pengurus ABDSI dan Sekjen PPUK Bakti Persada.
Pengantar
“UMKM Naik Kelas” mulai menyita perhatian kita sejak dua tahun lalu. Banyak pihak yang skeptis, namun lebih banyak lagi yang antusias.
Para pihak yang skeptis berangkat dari pandangan negatif bahwa “UMKM Naik
Kelas” dikuatirkan hanya menghasilkan jargon-jargon seperti pengalaman dalam
kegiatan lain selama ini. Sebaliknya, para pihak yang antusias langsung
mendalami gagasan, bertanya, berdiskusi, kemudian memulai dari dirinya sendiri
untuk terlibat dalam gerakan ini.
Baik pihak yang skeptis maupun pihak yang antusias sesungguhnya dibutuhkan
dalam gerakan massal ini untuk saling memahami agar ke depan tercapai kesamaan
pandangan sehingga dapat mengakselerasi gerakan ini dalam sebuah strategi
jangka panjang yang senantiasa fokus dan terpelihara untuk mencapai misi dan
visinya.
Latar Belakang
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) memiliki posisi strategis dalam perekonomian
nasional, yakni berkontribusi 56.9% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia. Itu berarti setara dengan Rp1.213,3 Triliun. Selain itu, UMKM juga mampu menyerap 97,3% dari total angkatan kerja. Dan, seperti beberapa
kali terbukti, UMKM juga tangguh terhadap hantaman krisis dan fleksibel, serta mudah beradaptasi.
Namun demikian, berlakunya
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) sejak awal 2016 telah mengubah peta perekonomian bangsa
Indonesia. Barang, jasa, modal, dan Sumber Daya Manusia (SDM) bergerak dengan sangat cepat melewati batas negara tanpa bisa dihalangi.
Kehadiran ekonomi digital membuat persaingan semakin ketat. Siapkah UMKM kita menghadapinya? Sebuah tanda tanya besar. Tercatat 74,6 juta orang
Indonesia adalah pengguna internet dan peringkat keempat dunia dalam
menggunakan media sosial; bahkan penggunaan handphone sebanyak 297 juta, telah
melampaui jumlah penduduk.
Di sisi lain, postur UMKM
yang 98% didominasi usaha mikro, menjadikan upaya meningkatkan produktivitas
dan daya saing UMKM tidak mudah diilaksanakan karena terbentur skala usaha,
kapasitas, dan yang terutama, lemahnya entrepreneurship.
Untuk menghadapi itu semua
diperlukan sebuah gerakan masif yang berangkat dari akar rumput. Sebuah gerakan
yang berangkat dari kebutuhan UMKM untuk lebih eksis, lebih berdaya, lebih
dihargai. Gerakan Satu Juta UMKM Naik Kelas.
Visi dan Misi
Visi:
Mewujudkan Satu Juta UMKM Naik
Kelas melalui akselerasi peningkatan produktivitas dan daya saing.
Misi:
- Mengintegrasikan kebijakan pemberdayaan UMKM agar efektif dan berkelanjutan.
- Mendorong UMKM menjadi subyek pemberdayaan melalui forum, komunitas, asosiasi, dan lain-lain.
- Mengoptimalkan peran pendampingan bagi UMKM.
- Mengkoordinasikan peran stakeholders dalam memberdayakan UMKM.
- Memanfaatkan Information and Communication Technology (ICT) untuk membangun konektivitas UMKM.
Definisi
UMKM disebut naik kelas
apabila usahanya semakin berkembang, produktivitas bertambah, dan daya saingnya
meningkat.
Indikator UMKM Naik Kelas
Agar lebih fokus dan terukur, maka gerakan ini perlu menetapkan indikator
kinerja, yang dapat dilihat secara transparan, antara lain:
- Total penjualan meningkat.
- Aset meningkat.
- Jumlah pelanggan yang dilayani meningkat.
- Pajak yang dibayarkan meningkat.
- Jumlah karyawan meningkat.
- Produktivitas SDM meningkat.
- Sistem administrasi dan keuangan meningkat.
- Jumlah item dan atau barang yang diproduksi meningkat.
- Dana yang diakses dari bank/non-bank meningkat.
- Dst …
Sasaran
Berdasar
data dari beberapa sumber, dari 57,9 juta UMKM, yang berpotensi diangkat untuk
naik kelas adalah sekitar 4 Juta UMKM. Mereka berpeluang menjadi penghela bagi
UMKM lainnya untuk bergerak maju dengan cepat menjawab tantangan bisnis global.
Target
2015
|
2016
|
2017
|
2018
|
2019
|
|
Target
|
20.000
|
100.000
|
180.000
|
300.000
|
400.000
|
Total
|
20.000
|
120.000
|
300.000
|
600.000
|
1.000.000
|
Pendekatan
Untuk mewujudkan 1juta UMKM
Naik Kelas, maka dilakukan pendekatan:
- Integratif. Melibatkan semua K/L yang terkait dengan UMKM. Juga semua pemangku kepentingan UMKM juga dirangkul.
- Partisipatif. Semua pihak berperan aktif dan kontributif sesuai peran dan kemampuannya.
- Akseleratif. Agar tidak semakin tertinggal dari negara lain, gerakan 1juta UMKM Naik kelas harus dilakukan dengan akseleratif, cepat, dan semakin cepat.
Road Map
- 2014: Pematangan konsep: Siapkan perangkat.
- 2015: Program Rintisan: Modeling.
- 2016; Implementasi: SOP; Monev.
- 2017: Replikasi: Improvement SOP dan Monev.
- 2018: Replikasi: Penguatan; Pengembangan .
- 2019: Penguatan: Pengembangan; Exit Strategy.
Perangkat Naik Kelas
Agar UMKM bisa naik kelas, dibutuhkan
seperangkat alat, yakni:
·
Mind Set
·
Skills Set
·
Tools Set
·
Action Set
·
Monev Set
Peran Pemangku Kepentingan
Siapa
saja pemangku kepentingan UMKM saat ini? Apa peran
masing-masing? Perlu diidentifikasi dengan jelas. Agar diketahui siapa
melakukan apa, baik di pemerintahan, swasta, NGO, donor, perguruan tinggi,
lembaga keuangan bank dan non-bank, dan pihak-pihak lainnya.
Menggandeng Lembaga Pendampingan
Perlu dilakukan pendataan lembaga-lembaga yang melakukan pendampingan KUMKM. Juga perlu dibangun sinergi antarlembaga pendampingan tersebut baik dalam hal program, SDM, kompetensi, dll.
Lembaga-lembaga
pendampingan tersebut antara lain:
•
- Klinik KUMKM Provinsi/Kabupaten/Kota.
- • Klinik Mutu.
- • Pusat Layanan Usaha Terpadu/PLUT KUMKM.
- • Klinik Restrukturisasi.
- • Rumah Kemasan.
- • Rumah Desain.
- • Klinik Konsultasi Bisnis.
- • Klinik UMKM Naik Kelas.
- • Inkubator Bisnis.
- • Dll.
Penutup
Bagaimana
bisa mewujudkan Satu Juta UMKM Naik Kelas? Bagaimana para pihak bisa berkontribusi
dalam gerakan aksi tersebut?
===============
Naskah ini disiapkan dalam rangka Focussed Group Discussion pada Kongres Nasional UMKM dan Temu Nasional Pendamping II di Yogyakarya, 25-26 Mei 2016.
===============
Naskah ini disiapkan dalam rangka Focussed Group Discussion pada Kongres Nasional UMKM dan Temu Nasional Pendamping II di Yogyakarya, 25-26 Mei 2016.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar