SAUNG ANGKLUNG UDJO:
Untuk ketiga kalinya saya menyaksikan pagelaran seni di Saung Angklung Udjo di Jalan Padasuka No. 118, Bandung. Terakhir, bersama-sama dengan teman-teman alumni SMAN2-Bogor angkatan 1975. Setiap kali berkunjung tetap menarik. Tak ada kata bosan. Dan sekarang pun tetap berharap, suatu saat akan kembali lagi ke sana.
Untuk ketiga kalinya saya menyaksikan pagelaran seni di Saung Angklung Udjo di Jalan Padasuka No. 118, Bandung. Terakhir, bersama-sama dengan teman-teman alumni SMAN2-Bogor angkatan 1975. Setiap kali berkunjung tetap menarik. Tak ada kata bosan. Dan sekarang pun tetap berharap, suatu saat akan kembali lagi ke sana.
Dua kali kunjungan sebelumnya adalah sewaktu mengantar Duta Besar Swiss, dan kedua mengantar teman dari Jerman. Saya meyakini bahwa mereka tertarik dengan pagelaran tersebut, karena beberapa tahun kemudian, topik tentang Saung Angklung Mang Ujo menjadi bahan pembicaraan.
Pada kunjungan saya yang terakhir, dari delapan atraksi, saya sangat mengapresiasi sajian lagu "Bohamian Rapsodhy" karya band legendaris The Queen, -- yang disajikan dengan cara yang berbeda oleh para empu angklung yang sangat piawai. Peralihan nada sekaligus menjadi peralihan lokasi bunyi angklung. Telinga kita benar-benar terbuai dan termanjakan oleh alunan nada dan peralihan bunyi yang saling bersahutan. Kehalusan nadanya begitu mempesona.
"Bermain Angklung Bersama" adalah sajian yang sungguh mengherankan, bagaimana dalam waktu singkat kita secara individual bisa memainkan sejumlah lagu bersama hampir 500 orang penonton lain yang antusias, termasuk sejumlah bule. Setiap selesai membawakan sebuah lagu, tak henti kami bertepuk tangan, dan merasa menjadi bagian dari atraksi.
Akhirnya, acara "Menari Bersama" adalah ujung dari pertunjukan. Anisa, anak perempuan berusia tujuh tahun, mengajak saya menari dengan penuh sukacita dan riang gembira.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar