Saya
menemukan sepeda ini di suatu rumah kecil terpencil, jauh di pedalaman Ponorogo,
tepatnya di Desa Karangpatihan, Kecamatan Balong, Kabupaten Ponorogo. Di rumah
itu, sepedah ini tentu saja menjadi kebanggaan pemiliknya, -- di antara penduduk
yang rata-rata IPM-nya di bawah rerata nasional.
Sepeda
Phoenix ini mengundang ingatan saya ke masa silam sekitar 50 tahun lalu di tempat
kelahiran saya, Pangalengan (Bandung Selatan). Tipe sepedanya sama, yang beda cuma warnanya: yang ini warna hijau, sedangkan "sepeda kumbang" saya (begitu kami menyebutnya) berwarna biru. Sampai kini, saya masih teringat saat-saat awal belajar naik
"sepeda kumbang" di lapang Pangalengan atau di depan Masjid Agung: ... terjatuh karena
kesulitan menjaga keseimbangan, ... menabrak sepeda teman (ada kalanya ditabrak
teman juga), ... abring-abringan kesana-kemari, sekadar bergaya bahwa kami sudah punya sepedah kumbang... Hemm, masa lalu yang
indah.
Naik sepeda memang harus terus mengayuh untuk bisa menjaga keseimbangan. Kalaupun mau berhenti harus teramat hati-hati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar