Sulawes
Tengah yang beribukota di Palu banyak menyimpan destinasi wisata yang indah. Di
pusat kota, ada ANJUNGAN NUSANTARA yang terletak di pinggir Teluk Palu, yang merupakan ikon baru di
kota ini. Ke depan boleh jadi akan sepopuler Pantai Losari di Makassar.
Di
sekitar anjungan ini terdapat patung kuda di sebelah kanan, lapangan gateball
di tengah, dan di sebelah kiri membentang jembatan lengkung Ponolele yang
bercat kuning. Jembatan
ini panjangnya sekitar 250m dan membentang di atas Teluk Palu Pantai Talise.
Panorama bukit sebagai latar belakang dengan
keindahan Teluk Talise menjadi kombinasi yang menakjubkan ketika memandangi
jembatan ini. Jembatan lengkung ini konon menyimpan mitos
tentang tiga ekor buaya yang suka berjemur di bawah perairan sekitarnya.
Kendati demikian, waktu saya berkunjung ke sana, yang tampak hanya seekor buaya
di kejauhan, itu pun berada di bagian timur, jauh dari jembatan lengkung bercat
kuning yang dimitoskan.
Untuk
kuliner, jangan lupa nikmati KALEDO, yang terdapat di kota Palu. Sensasi sedot
sumsum dan pisau pengiris kikil. Kaledo termasuk ikon kota Palu, karena
banyak warung dan rumah makan yang menyajikannya. Padahal, Kaledo singkatan
dari Kaki Lembu Donggala, ha ha ha.
Keluar
dari kota, kita akan sampai di dataran tinggi Salubay, Kebonkopi yang
menghasilkan berbagai jenis sayuran segar. Daerah
pegunungan ini terletak di antara Kota Palu dan Kabupaten Parigi Moutoung.
Bersuhu dingin dan pemandangan indah seperti di Puncak.
Di Parigi Moutong, berhadapan dengan pantai,
ada Taman Songu Lara dengan keindahan sejumlah bunga dan menaranya yang
menjulang tinggi. Ada juga Pantai Kayu Bura. Di pantai ini ada Rumah
Kayu di dekat Pantai Kayu Bura, pernah disinggahi Presiden Jokowi waktu
pembukaan acara Tomini Sail. Pantai Kayu Bura, artinya kayu berbusa.
Konon, di daerah sini seorang pak tua pernah menebang kayu yang berbusa.
Dengan
basis pantai yang panjang dan luas, kita juga dapat melakukan MANCING MANIA, misalnya di
belakang RM Itfar, Molui Indah, Tambu, Balaesang, Donggala. Dihitung dari Palu (ibukota
Sulteng), tempat ini sekitar 115 km atau 2,5jam perjalanan darat roda empat.
Sebagian besar melalui jalan di pinggir pantai Selat Makassar.
Sepanjang pantai, kita akan menikmati keindahan alam, antara lain di Pantai Enu.
EBONY
Komoditas yang terkenal di Sulawesi Tengah
antara lain adalah Kayu-hitam ebony (Diospyros celebica), tumbuhan asli
Sulawesi (Celebes). Kayunya sangat keras, berwarna coklat gelap, kehitaman,
atau hitam berbelang-belang kemerahan. Harganya sangat mahal, terutama kalau
sudah jadi furniture, ukir-ukiran dan patung, alat musik (misalnya gitar dan
piano), tongkat, dan kotak perhiasan.
Karena
populasi di alam menurun drastis, maka sejak 1990 kayu ebony
dinyatakan sebagai jenis kayu yang dilindungi, eksploitasinya harus atas
persetujuan dan ijin khusus dari Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
Di Sulawesi Tengah, selain di Poso, kayu ini
juga tumbuh dalam jumlah terbatas di daerah Enu, Tambu Sabora, menghadap Teluk
Palu.
Produk berbahan baku kayu ebony antara lain
dapat dibeli di toko Sumber Urip Ebony, Kota Palu. Harganya mulai puluhan ribu
hingga puluhan juta rupiah.