Kamis, 28 Desember 2017

Bambu yang Merunduk

BAMBU YANG MERUNDUK, NAMUN BANYAK MANFAAT
Bambu itu merunduk manakala angin bertiup. Semakin kencang angin bertiup, semakin rendah dia merunduk. Namun ia tidak patah, tak juga dia melawan. Ia meredam kebuasan sang angin menjadi ketenangan yang nyaman.


Batangnya tegak menjangkau langit, namun akar serabutnya menjulur kemana saja, untuk merekat dan memperkuat keberadaannya.
Bambu adalah contoh ajaran kebaikan dan kebajikan. Ia akur dalam kelompok, serta merekat persahabatan dan kekerabatan. Ia teguh, tabah dan sabar dalam situasi apa pun. Ia sangat berguna bagi siapa saja.
Beberapa waktu yang lalu saya melihat pameran karya Akademi Bambu Nusantara (ABN) di Jakarta. Saat itu, saya langsung teringat hutan bambu di Kebun Raya Bogor, sambil membayangkan bahwa rumpun bambu semacam di Kebun Raya itu banyak juga terdapat di kampung saya, dan juga bertebaran di seantero Nusantara, yang pernah saya kunjungi.


Ya, banyak sekali jenis bambu yang tumbuh di negeri ini, konon mencapai 159 spesies di antara 1.250 jenis bambu yang terdapat di dunia. Memang Indonesia adalah salah satu wilayah yang menjadi surga bagi jenis tanaman ini, yang di beberapa daerah mempunyai sebutan berbeda seperti buluh, aur, awi, dan eru.
Manfaat Bambu
Menurut Muqodas Syuhada, pendiri ABN, kegunaan pohon bambu lebih banyak dibanding dengan kelapa, misalnya. Bambu bisa dimanfaatkan untuk menjaga kedaulatan sandang, pangan dan papan, serta kedaulatan lingkungan," katanya.
Bambu bermanfaat dalam hal makanan. Misalnya, Lumpia Semarang tak nyaman jika tak dicampur bambu muda alias rebung. Bungkus bacang terbuat dari daun bambu. Lemang juga dibakar dengan menggunakan bambu berlubang. Terkait dengan makanan ini, jangan lupa menyebut sumpit, tusuk sate, dan tusuk gigi. Peralatan dapur pun banyak yang menggunakan bambu, seperti bakul, hihid, boboko.
Bambu juga digunakan untuk membuat jembatan, pagar, saluran air, bahan bangunan tempat tinggal.
Untuk alat musik juga bisa, seperti suling dan karinding. Bambu juga membantu Pak Daeng Sutigna dan Pak Udjo Ngalagena menjadi terkenal ke seantero negara dengan memperkenalkan angklung, arumba dan calung, yang semuanya terbuat dari bambu.
Bambu juga bisa digunakan untuk senjata dan permainan, seperti meriam bambu, galah, rakit/perahu, tongkat. Bambu runcing terkenal zaman kemerdekaan sebagai senjata. Ada juga meriam bambu, yang kalau di kampung saya disebut "lodong". Memang ada juga lodong terbuat dari batang pakis, tetapi susah nyarinya, sedangkan lodong bambu banyak tersedia di sekitar kampung. Lodong-lodong itu sangat digemari waktu bulan ramadhan, dengan gelegarnya yang membuat kami suka cita: anak-anak maupun orang dewasa.
Dari segi lingkungan, kalau tumbuh di tebing, bambu bisa menguatkan untuk menahan longsor, karena akar serabutnya yang bisa menjalar jauh.
Ternyata, yang harus ditiru bukan hanya "ilmu padi", dan “ilmu kelapa”, tapi juga "ilmu bambu".

Tidak ada komentar:

Posting Komentar