Jumat, 03 Juni 2016
K. A. R. Bosscha, Malabar, Pangalengan
Sejak kecil saya mengenal Bosscha. Berawal karena saya pernah diajak kakak rekreasi ke makamnya di Perkebunan Malabar. Saat itu saya masih sekolah di SDN-I Pangalengan.
Setelah pindah ke Bogor pada tahun 1973 dan kuliah di IPB sejak 1976, pengetahuan saya tentang Bosscha semakin bertambah karena skripsi saya juga tentang teh, dan berlokasi di Perkebunan Kertamanah, tak jauh dari Perkebunan Malabar.
Bagi saya, memang, Karel Albert Rudolf (KAR) Bosscha lebih saya kenal sebagai ahli teh, karena pernah menjadi administratur di Perkebunan Teh Malabar. Kekaguman saya kepada Bosscha semakin bertambah tatkala saya pindah ke Bogor, dan nama Bosscha cukup dikenal karena "makam"-nya terdapat pula di Kebun Raya Bogor.
Khalayak luas mungkin mengenal Bosscha sebagai pakar astronomi karena namanya dijadikan nama observatorium tertua di Indonesia sekaligus yang terbesar di Asia Tenggara yaitu Observatorium Bosscha di Lembang - Bandung. Bagi masyarakat Bandung nama Bosscha bahkan lebih familiar lagi karena namanya diabadikan menjadi salah satu nama ruas jalan di Bandung.
Di dalam buku "Lebih Dekat dengan Karel Albert Rudolf Bosscha" kita diajak mengenal Bosscha lebih dekat, apa yang telah dilakukannya dan sumbangsihnya bagi Indonesia sehingga 85 tahun setelah kematiannya berdirilah sebuah komunitas yang menamakan dirinya Sahabat Bosscha. Komunitas ini bertekad untuk merawat, memelihara, dan meneruskan cita-cita Bosscha.
Ketika minggu lalu saya Tea-Walk bersama-sama teman-teman alumni SMPN Pangalengan, saya membayangkan berapa banyak orang yang pernah mengunjungi makamnya. Tempatnya yang asri memang senantiasa mengundang untuk dikunjungi.
Betapa banyak jasanya, dan wajarlah kalau penghargaan diberikan kepadanya, sekalipun negaranya pernah menjajah negara kita cukup lama.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar