Jumat, 08 Januari 2016

ASEAN: Mesin Pertumbuhan Baru Asia dan Dunia




ASEAN: Mesin Pertumbuhan Baru Asia dan Dunia
Oleh Tika Noorjaya

Judul Buku: Think New ASEAN!: Rethinking Towards ASEAN Economic Community
Penulis: Philip Kotler, Hermawan Kartajaya, dan Hooi den Huan.
Penerbit: McGraw Hill Education, 2015.
Tebal: (xvi + 247 halaman).
ISBN: 978-981-4595-16-2 atau MHID 981-4595-16-0

Melalui buku Megratends 2000 yang sangat fenomenal, John Naisbitt meramalkan bahwa Asia akan menjadi raksasa dunia. Kendati beberapa tahun kemudian ramalan tersebut dikritik habis karena terjadinya krisis Asia, ternyata belakangan ramalan tersebut banyak yang menjadi kenyataan.
Optimisme semacam itu kini lebih mengerucut ke kawasan ASEAN (Association of South East Asian Nations). Secara otoritatif, Philip Kotler – salah seorang penulis buku ini – sampai pada kesimpulan bahwa ASEAN adalah mesin pertumbuhan baru bagi Asia dan Dunia, seperti terpampang di bagian atas sampul buku ini. Pernyataan ini kiranya bisa “diamini” karena ASEAN adalah wilayah yang sangat dinamis dengan perubahan-perubahan bisnis yang sangat cepat dan berkelanjutan yang menarik perhatian bukan saja pihak-pihak di dalam ASEAN sendiri tetapi juga pihak-pihak di luar ASEAN. Wilayah ASEAN seluas 4.480.000 km2 dengan jumlah penduduk lebih dari 600 juta orang tak pelak merupakan pasar yang sungguh menjanjikan.
Buku ini memaparkan kajian melalui pendekatan pemasaran dan perkembangan teknologi. Secara ringkas di Bagian I (The New ASEAN Business Landscape) terdapat empat bab. Bab 1 mengulas dampak penggunaan ICT (Information and Communicvation Technology), Bab 2 tentang dampak globalisasi,Bab 3 tentang pemasaran di masa depan, kemudian Bab 4 membahas persaingan untuk memperebutkan pelanggan di ASEAN.
Bagian II (Winning in the New ASEAN) diuraikan melalui tiga bab: Juara Lokal pada Bab 5; Juara Lokal yang berkiprah di ASEAN (Bab 6), dan Bab 7 tentang sejumlah perusahaan multinasional yang berkiprah di ASEAN. Di bagian inilah, sejumlah perusahaan Indonesia ditampilkan sebagai contoh keberhasilan itu, antara lain Bank BRI, Telkomsel, Sosro (Local Champions), serta Kalbe Farma, PT Semen Indonesia, dan Telkom Indonesia (Local Champions Going ASEAN).
Adapun Bagian III (ASEAN Marketing in Practise) berisi Bab 8  (ASEAN Vision, Local Action) dan Bab 9 (Global Value, ASEAN Strategy, Local Tactics).
Jelaslah, buku ini amat penting bagi Indonesia yang hanya dalam hitungan hari, akan segera memasuki era Masyarakat Ekonomi ASEAN.

Masyarakat Ekonomi ASEAN
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang akan segera berlaku awal 2016 dimaksudkan untuk mendorong kemajuan pengelolaan negara di 10 negara anggotanya, mendorong integrasi, meningkatkan daya-saing dan memperbaiki taraf hidup rakyatnya. Tujuan tersebut tidak mungkin tercapai kalau ke-10 negara ASEAN tidak terhubung satu sama lain. Konektivitas di antara 10 negara sangat diperlukan agar komunitas masyarakat ASEAN bisa terbentuk. Mobilitas sumber-daya manusia, informasi, barang, jasa, dan modal di antara 10 negara ASEAN tidak akan terjadi tanpa adanya konektivitas (halaman 9).
MEA dibentuk berdasarkan tiga pilar kerjasama, yaitu kerjasama ekonomi, kerjasama politik dan keamanan, serta kerjasama sosial budaya (halaman 31). Dari kerjasama ini diharapkan akan menciptakan aliran modal, barang, jasa, dan manusia ke dalam pasar tunggal dan berbasis produksi tunggal. Integrasi ini akan mengakselerasi perdagangan bebas, penyediaan fasilitas bisnis, peningkatan perusahaan-perusahaan kecil dan menengah, serta mendorong minat investor asing untuk melakukan investasi di ASEAN.
Dengan dimulainya MEA pada awal 2016, persaingan di wilayah ASEAN akan meningkat bagi pemain lokal, regional maupun global. Di masa mendatang pesaing bisnis tidak harus datang dari industri yang sama. Di industri pelayanan, misalnya, perusahaan pesawat terbang tidak hanya bersaing dengan perusahaan angkutan udara lain, tetapi juga bersaing dengan penyelenggaraan telekonferensi, pengiriman dokumen yang instant, contoh-contoh yang bisa dikirimkan melalui email dan penggunaan digital maya yang lainnya.
Fenomena penggunaan digital semacam itu bisa dijelaskan sebagai tumbuhnya koneksi di antara manusia dengan menggunakan teknologi, di mana letak geografis menjadi tidak penting. Di ASEAN teknologi yang paling tinggi adalah internet dan HP (halaman 8). Pada tahun 2012 dari kesepuluh anggota ASEAN, Indonesia mempunyai peringkat pertama dalam hal jumlah penduduk, pemakai internet dan penggunaan Handphone.
Sejalan dengan lingkungan yang lebih bebas, persaingan di antara pelaku bisnis akan semakin ketat dan jumlah pesaing akan lebih banyak. Perusahaan-perusahaan lokal harus bersaing dengan perusahaan regional atau internasional dalam bisnisnya. Perusahaan-perusahaan yang tidak memiliki daya-saing tinggi akan kesulitan apabila tidak bisa menyesuaikan diri. Perusahaan-perusahaan yang berpandangan jauh ke depan dan cepat mengadaptasi perubahan akan lebih menonjol di dalam persaingan tersebut.
Perusahaan-perusahaan yang proaktif memandang ke depan akan memiliki kinerja lebih baik dan umur lebih panjang daripada perusahaan yang hanya reaktif. Strategi baru harus dipilih secara tepat. Strategi baru ini dalam pelaksanaanya akan sangat mempengaruhi keberhasilan perusahan tersebut.
Tidak dapat dihindari bahwa pebisnis lokal harus mau belajar melihat situasi baru serta bersaing secara regional dan global. Lebih baik lagi kalau bisa mempertahankan dan meningkatkan daya saingnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar