ASEAN: Mesin Pertumbuhan Baru Asia
dan Dunia
Oleh Tika Noorjaya
Judul Buku: Think New ASEAN!: Rethinking Towards ASEAN
Economic Community
Penulis: Philip
Kotler, Hermawan Kartajaya, dan Hooi den Huan.
Penerbit: McGraw
Hill Education, 2015.
Tebal: (xvi
+ 247 halaman).
ISBN:
978-981-4595-16-2 atau MHID 981-4595-16-0
Melalui buku Megratends
2000 yang sangat fenomenal, John Naisbitt meramalkan bahwa Asia akan
menjadi raksasa dunia. Kendati beberapa tahun kemudian ramalan tersebut dikritik
habis karena terjadinya krisis Asia, ternyata belakangan ramalan tersebut banyak
yang menjadi kenyataan.
Optimisme semacam itu kini lebih mengerucut ke kawasan ASEAN
(Association of South East Asian Nations).
Secara otoritatif, Philip Kotler – salah seorang penulis buku ini – sampai pada
kesimpulan bahwa ASEAN adalah mesin pertumbuhan baru bagi Asia dan Dunia,
seperti terpampang di bagian atas sampul buku ini. Pernyataan ini kiranya bisa “diamini”
karena ASEAN adalah wilayah yang sangat dinamis dengan perubahan-perubahan
bisnis yang sangat cepat dan berkelanjutan yang menarik perhatian bukan saja
pihak-pihak di dalam ASEAN sendiri tetapi juga pihak-pihak di luar ASEAN.
Wilayah ASEAN seluas 4.480.000 km2 dengan jumlah penduduk lebih dari 600 juta
orang tak pelak merupakan pasar yang sungguh menjanjikan.
Buku ini memaparkan kajian melalui pendekatan pemasaran dan
perkembangan teknologi. Secara ringkas di Bagian I (The New ASEAN Business Landscape) terdapat empat bab. Bab 1 mengulas
dampak penggunaan ICT (Information and Communicvation Technology), Bab 2
tentang dampak globalisasi,Bab 3 tentang pemasaran di masa depan, kemudian Bab
4 membahas persaingan untuk memperebutkan pelanggan di ASEAN.
Bagian II (Winning in
the New ASEAN) diuraikan melalui tiga bab: Juara Lokal pada Bab 5; Juara
Lokal yang berkiprah di ASEAN (Bab 6), dan Bab 7 tentang sejumlah perusahaan
multinasional yang berkiprah di ASEAN. Di bagian inilah, sejumlah perusahaan
Indonesia ditampilkan sebagai contoh keberhasilan itu, antara lain Bank BRI, Telkomsel,
Sosro (Local Champions), serta Kalbe Farma,
PT Semen Indonesia, dan Telkom Indonesia (Local
Champions Going ASEAN).
Adapun Bagian III (ASEAN
Marketing in Practise) berisi Bab 8
(ASEAN Vision, Local Action)
dan Bab 9 (Global Value, ASEAN Strategy,
Local Tactics).
Jelaslah, buku ini amat penting bagi Indonesia yang hanya
dalam hitungan hari, akan segera memasuki era Masyarakat Ekonomi ASEAN.
Masyarakat
Ekonomi ASEAN
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang akan segera berlaku awal
2016 dimaksudkan untuk mendorong kemajuan pengelolaan negara di 10 negara
anggotanya, mendorong integrasi, meningkatkan daya-saing dan memperbaiki taraf
hidup rakyatnya. Tujuan tersebut tidak mungkin
tercapai kalau ke-10 negara ASEAN tidak terhubung satu sama lain. Konektivitas
di antara 10 negara sangat diperlukan agar komunitas masyarakat ASEAN bisa
terbentuk. Mobilitas sumber-daya manusia, informasi, barang, jasa, dan modal di
antara 10 negara ASEAN tidak akan terjadi tanpa adanya konektivitas (halaman 9).
MEA dibentuk berdasarkan tiga pilar kerjasama, yaitu
kerjasama ekonomi, kerjasama politik dan keamanan, serta kerjasama sosial
budaya (halaman 31). Dari kerjasama ini diharapkan akan menciptakan aliran
modal, barang, jasa, dan manusia ke dalam pasar tunggal dan berbasis produksi
tunggal. Integrasi ini akan mengakselerasi perdagangan bebas, penyediaan
fasilitas bisnis, peningkatan perusahaan-perusahaan kecil dan menengah, serta
mendorong minat investor asing untuk melakukan investasi di ASEAN.
Dengan dimulainya MEA pada awal 2016, persaingan di wilayah
ASEAN akan meningkat bagi pemain lokal, regional maupun global. Di masa
mendatang pesaing bisnis tidak harus datang dari industri yang sama. Di
industri pelayanan, misalnya, perusahaan pesawat terbang tidak hanya bersaing
dengan perusahaan angkutan udara lain, tetapi juga bersaing dengan
penyelenggaraan telekonferensi, pengiriman dokumen yang instant, contoh-contoh yang bisa dikirimkan melalui email dan
penggunaan digital maya yang lainnya.
Fenomena penggunaan digital semacam itu bisa dijelaskan
sebagai tumbuhnya koneksi di antara manusia dengan menggunakan teknologi, di
mana letak geografis menjadi tidak penting. Di ASEAN teknologi yang paling
tinggi adalah internet dan HP (halaman 8). Pada tahun 2012 dari kesepuluh
anggota ASEAN, Indonesia mempunyai peringkat pertama dalam hal jumlah penduduk,
pemakai internet dan penggunaan Handphone.
Sejalan dengan lingkungan yang lebih bebas, persaingan di
antara pelaku bisnis akan semakin ketat dan jumlah pesaing akan lebih banyak.
Perusahaan-perusahaan lokal harus bersaing dengan perusahaan regional atau
internasional dalam bisnisnya. Perusahaan-perusahaan yang tidak memiliki
daya-saing tinggi akan kesulitan apabila tidak bisa menyesuaikan diri. Perusahaan-perusahaan
yang berpandangan jauh ke depan dan cepat mengadaptasi perubahan akan lebih
menonjol di dalam persaingan tersebut.
Perusahaan-perusahaan yang proaktif memandang ke depan akan
memiliki kinerja lebih baik dan umur lebih panjang daripada perusahaan yang
hanya reaktif. Strategi baru harus dipilih secara tepat. Strategi baru ini
dalam pelaksanaanya akan sangat mempengaruhi keberhasilan perusahan tersebut.
Tidak dapat dihindari bahwa pebisnis lokal harus mau belajar
melihat situasi baru serta bersaing secara regional dan global. Lebih baik lagi
kalau bisa mempertahankan dan meningkatkan daya saingnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar