BUMI dan BULAN, Novel karya Tere Liye
"Bumi" dan
"Bulan"adalah dua novel sekuel karya Tere Liye. Keduanya bergenre
metafisika, sisi lain dari Tere Liye, yang telah menghasilkan sejumlah novel Best
Sellers.
Dalam novel pertama, BUMI (Gramedia Pustaka Utama, Januari 2014, 438 halaman ), Tere Liye bercerita tentang misteri di antara Klan Bumi, Klan Bulan, dan Klan Matahari, yang berawal dari sengketa ribuan tahun silam.
Menjadi menarik karena
pelakon utama cerita ini adalah 3orang murid Kelas 10 di suatu kota di bumi
ini, yang 2orang di antaranya tak lain adalah pewaris Klan Bulan dan Klan
Matahari. Pembawa cerita ("si Aku") dalam novel ini adalah anak
berusia 15tahun bernama Raib, yang bisa menghilang.
Karenanya, tak banyak
ungkapan kearifan, ataupun romantisme seperti dalam buku-buku terdahulu, tetapi
munculnya keanehan-demi-keanehan serta ketegangan yang dikelola sedemikian,
benar-benar menggoda dan tak kalah seru dibanding dengan kisah-kisah Harry
Potter. Pas klimaks, buku ini malah bersambung ke sekuel berikutnya. Jelaslah,
novel BUMI, adalah sisi lain dari Tere Liye.
Dalam novel kedua,
BULAN (Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, Maret 2015, 396 halaman), Tere
Liye menjawab kepenasaran setelah berbagai tandatanya mucul dalam sekuel
awal (BUMI). Plot cerita tetap berlatar metafisika, layaknya kisah-kisah Harry
Potter. Pembawa cerita ("si Aku") juga tetap, yaitu Raib, murid SMA
berusia 15tahun, turunan Klan Matahari yang bisa menghilang, berteman dengan
Seli, turunan Klan Bulan yang bisa mengeluarkan petir. Ali, adalah teman
lelakinya yang genius asli Klan Bumi.
Dalam sekuel ini
mereka terlibat dan menjadi peserta Festival Bunga Matahari, berhadapan dengan
sembilan kelompok Klan Matahari. Keanehan dan ketegangan tersaji, dengan
sedikit penjelasan dari sang genius Ali. Seperti diduga,
merekalah yang di ujung cerita menjadi pemenang. Kontingen Penunggang
Salamander, yang tiba lebih awal didiskualifikasi karena mereka menyerang
peserta lain, -- suatu larangan yang sejak awal telah ditetapkan.
Moral cerita: Kunci
keberhasilan bukan hanya karena mereka memiliki keberanian, kehormatan, dan
ketulusan, tetapi juga -- yang paling penting – mereka mendengarkan suara alam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar