Jumat, 21 Agustus 2015

GORONTALO: Desa Wisata Religius



GORONTALO: Desa Wisata Religius

Desa Bongo (Desa Kelapa), Batudaa Pantai, Kabupaten Gorontalo merupakan daerah yang dikembangkan sebagai Desa Wisata Religius Bubohu. Inilah salah satu daya tarik wisata terbaik di Indonesia Timur. 

Kekhasan desa ini antara lain setiap perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW (12 Rabiul Awal) digelar acara kolosal membuat walima (seni membuat kue tradisional khas Gorontalo) serta tolangga (miniatur kubah masjid yang berhiaskan kue bolu kering). Walima ini diarak ke Masjid Walima Emas, yang dilengkapi dengan kubah masjid berbentuk walima yang bersinar terang di malam hari. Selain itu, di desa ini juga terdapat Museum Pusat Fosil Kayu.




Lokasinya berjarak sekitar 2 jam perjalanan darat dari Bandara Jalaluddin, Gorontalo. Jika ditempuh dengan kendaraan roda dua atau roda empat dari kota Gorontalo cukup 20 menit saja. Jalannya beraspal mulus dengan banyak tikungan dan tanjakan khas di lereng pegunungan. Sepanjang jalan, kita menyaksikan hamparan keindahan Teluk Tomini. Gunung Tidur yang mempesona sangat cocok bagi peminat outbond. Ada juga Pasar Subuh yang masih mempertahankan cara barter dalam perdagangan antara penjual dan pembeli.

Pak Abdul Razak Umar adalah lulusan SPG, tapi berhasil menjadi petani teladan di Gorontalo. Pak Razak kini mampu menanam Alfaalfa (Medicago sativa L), keluarga leguminosa yang berasal dari Pegunungan Mediterania (subtropis), seperti yang telah dilakukan DR. Nugroho di Boyolali, yang kemudian menjadi bahan dasar untuk membuat microba super decomposer, dengan nama MA-11. Tanaman ini dikenal sebagai Bapak Herba dari semua tumbuhan, dan kaya akan nutrisi. Di dalam AlQuran, tertulis pada surat An-Naba. Daun Alfaafa dapat dijadikan sumber gizi dan herbal untuk segala macam tujuan, baik pakan maupun pangan.

Teknologi ini dapat mengembalikan kesuburan tanah, sehingga dapat meningkatkan kualitas dan produktivitas tanaman dan ternak, yang memungkinkan untuk mengembangkan sistem pertanian terpadu, Karena mengarah ke pertanian organik, maka teknologi ini secara bertahap akan mengikis keperluan terhadap pupuk dan pestisida. Dengan cara ini, dana subsidi pupuk yang nilainya amat besar, tak perlu dikeluarkan. Kedaulatan pangan akan dapat diraih, melalui produk pertanian dan peternakan. Lebih dari itu produk yang dihasilkan adalah tanaman/ternak organik yang sehat dan bernilai tinggi secara ekonomi.


Pak Sujiono adalah transmigran dari Blitar, Jatim sejak 5 tahun lalu, yang berhasil meningkatkan taraf hidupnya. Kini, ia menjadi Ketua Kelompok Ternak Sapi Marga Makmur bersama 30 anggotanya di Desa Puncak, Pulubala, Gorontalo. Kelompok ini juga berhasil menanam Alfaalfa, seperti Pak Razak. Mereka sangat yakin bahwa masa depan akan lebih baik, dengan pertanian terpadu antara tanaman dan ternak, bahkan ikan. Keyakinan yang juga dirasakan anggota Kelompok Ternak Sapi Aspuri yang diketuai Ibu Rosiyati Arsad.

Kelompok Pak Sujiono dan Ibu Rosiyati

Tidak ada komentar:

Posting Komentar