GORONTALO:
Desa Wisata Religius
Desa Bongo (Desa Kelapa), Batudaa Pantai,
Kabupaten Gorontalo merupakan daerah yang dikembangkan sebagai Desa Wisata
Religius Bubohu. Inilah salah satu daya tarik wisata terbaik di Indonesia
Timur.
Kekhasan desa ini antara lain setiap perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW
(12 Rabiul Awal) digelar acara kolosal membuat walima (seni membuat kue
tradisional khas Gorontalo) serta tolangga (miniatur kubah masjid yang
berhiaskan kue bolu kering). Walima ini diarak ke Masjid Walima Emas, yang
dilengkapi dengan kubah masjid berbentuk walima yang bersinar terang di malam
hari. Selain itu, di desa ini juga terdapat Museum Pusat Fosil Kayu.
Lokasinya berjarak sekitar 2 jam perjalanan
darat dari Bandara Jalaluddin, Gorontalo. Jika ditempuh dengan kendaraan roda
dua atau roda empat dari kota Gorontalo cukup 20 menit saja. Jalannya beraspal
mulus dengan banyak tikungan dan tanjakan khas di lereng pegunungan. Sepanjang
jalan, kita menyaksikan hamparan keindahan Teluk Tomini. Gunung Tidur yang
mempesona sangat cocok bagi peminat outbond. Ada juga Pasar Subuh yang masih
mempertahankan cara barter dalam perdagangan antara penjual dan pembeli.
Pak Abdul
Razak Umar adalah lulusan SPG, tapi berhasil menjadi petani teladan di
Gorontalo. Pak Razak kini mampu menanam Alfaalfa (Medicago sativa L), keluarga
leguminosa yang berasal dari Pegunungan Mediterania (subtropis), seperti yang
telah dilakukan DR. Nugroho di Boyolali, yang kemudian menjadi bahan dasar
untuk membuat microba super decomposer, dengan nama MA-11. Tanaman ini dikenal
sebagai Bapak Herba dari semua tumbuhan, dan kaya akan nutrisi. Di dalam
AlQuran, tertulis pada surat An-Naba. Daun Alfaafa dapat dijadikan sumber gizi
dan herbal untuk segala macam tujuan, baik pakan maupun pangan.
Teknologi ini
dapat mengembalikan kesuburan tanah, sehingga dapat meningkatkan kualitas dan
produktivitas tanaman dan ternak, yang memungkinkan untuk mengembangkan sistem
pertanian terpadu, Karena mengarah ke pertanian organik, maka teknologi ini
secara bertahap akan mengikis keperluan terhadap pupuk dan pestisida. Dengan
cara ini, dana subsidi pupuk yang nilainya amat besar, tak perlu dikeluarkan.
Kedaulatan pangan akan dapat diraih, melalui produk pertanian dan peternakan.
Lebih dari itu produk yang dihasilkan adalah tanaman/ternak organik yang sehat
dan bernilai tinggi secara ekonomi.
Pak Sujiono adalah transmigran dari Blitar,
Jatim sejak 5 tahun lalu, yang berhasil meningkatkan taraf hidupnya. Kini, ia
menjadi Ketua Kelompok Ternak Sapi Marga Makmur bersama 30 anggotanya di Desa
Puncak, Pulubala, Gorontalo. Kelompok ini juga berhasil menanam Alfaalfa,
seperti Pak Razak. Mereka sangat yakin bahwa masa depan akan lebih baik, dengan
pertanian terpadu antara tanaman dan ternak, bahkan ikan. Keyakinan yang juga
dirasakan anggota Kelompok Ternak Sapi Aspuri yang diketuai Ibu Rosiyati Arsad.
Kelompok Pak Sujiono dan Ibu Rosiyati
Tidak ada komentar:
Posting Komentar