Batik Banyumasan di Desa Papringan ini merupakan representasi estetika seni dan budaya Banyumas, Kecamatan
Banyumas, Kabupaten Banyumas (Jawa Tengah),
Sejak jaman kerajaan, masyarakat Desa
Papringan, sebagian besar kaum perempuannya memiliki kegiatan membatik untuk
mengisi waktu luangnya, juga membantu pendapatan keluarga. Perkembangan batik
di Banyumas, konon, dibawa oleh para pengikut Pangeran Diponegoro yang menetap
di sini setelah selesai peperangan tahun 1830.
Berpuluh tahun lalu, para pembatik
Papringan hanya berperan sebagai buruh batik dari para pengusaha di kota. Mereka
memola mori, atau mengisi mori yang telah dibatik sebelumnya. Mereka menerima
upah per lembar kain, tanpa penghargaan terhadap karya seni, ataupun harga jual
kain batik nantinya. Hubungan
pengrajin batik Papringan dengan pengusaha di Sokaraja sebenarnya simbiose mutualistis, tetapi pengrajin batik tidak
punya daya tawar yang baik. Mereka hanya sebagai buruh dengan upah yang minim. Karena itu,
agaknya perlu ada upaya untuk mengubah pola usaha pengrajin dari buruh menjadi
produsen dan pengusaha batik yang mampu.
Waktu berlalu. Kini sudah terbentuk
Kelompok Perajin Batik Pringmas yang menghimpun seluruh pembatik di Desa
Papringan. Pada awalnya terdapat
225 orang pengrajin batik. Sekarang sudah mulai bertambah dengan adanya pengrajin
batik cap dan konveksi.
Mereka juga sudah punya Gedung Sentra
Batik Papringan yang menampung berbagai macam produk hasil karya masyarakat
Desa Papringan, mulai dari batik tulis, batik kombinasi, kain jumputan, batik
cap, baju batik dan kerajinan lainnya. Gedung sumbangan dari Bank Indonesia
ini, dijadikan sebagai showroom yang buka setiap hari, pukul 09.00-16.00 WIB.
Bagi yang berminat, terbuka kesempatan untuk melihat proses produksi batik
(bahkan mencoba sendiri) di Galeri ini setiap Rabu dan Sabtu.
Gedung ini terletak di samping
pendopo RW 1 Desa Papringan, di pinggir jalan desa dan di tepi Sungai Serayu,
dengan pemandangan Sungai Serayu yang indah. Berjarak sekitar 15 km, dari pusat
kota Purwokerto ke lokasi ini hanya perlu 20-30 menit saja dengan menggunakan kendaraan roda dua atau roda empat.
Karena itu, tak mengherankan kalau beberapa motif batik dilatarbelakangi oleh
ekosistem Sungai Serayu ini.
Sungai Serayu, di belakang Galeri Sentra Batik Papringan
Melihat perkembangannya belakangan
ini, kiranya perlu ada upaya untuk menjadikan
Desa Papringan sebagai Sentra Industri Batik di Banyumas, serta mengenalkan dan
memasarkan Batik Papringan Banyumas ke seluruh Nusantara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar