Tuanku Imam Bonjol yang bernama asli Peto Syarif Ibnu
Pandito Bayanuddin dimakamkan di Pineleng, Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara.
Pineleng merupakan kawasan pengasingan Imam Bonjol
beserta pejuang lain yang berperang melawan penjajah Belanda melalui perang
Padri. Belanda merasa terancam dan membuang jauh-jauh pejuang tangguh kita ini
ke tanah Minahasa hingga meninggal pada 6 November 1854.
Untuk menuju ke lokasi ini perlu waktu sekitar 45
menit dari kota Manado ke arah Tomohon. Di makam ini saya bertemu dengan Pak Nurdin, generasi kelima dari penjaga Tuanku Imam Bonjol,
yang kini menjadi penjaga makam pahlawan nasional ini, sekaligus menceritakan
hal-ihwal tentang bangunan, dan sejarah Sang Imam. Menurut Pak
Nurdin, banyak petinggi negeri, bahkan presiden, yang telah berkunjung ke
pemakaman ini.
Bangunan makam berarsitektur
Rumah Gadang, untuk menghormati cikal bakal Tuanku Imam Bonjol, yang lahir di
Desa Bonjol, Sumatera Barat. Di Makam Tuanku Imam Bonjol
ini terdapat lukisan besar yang menggambarkan perjuangan beliau.
Suasana sejuk di bawah
rimbunnya naungan pepohonan serta gemericik air sungai mengalir yang
menghadirkan ketenangan jiwa.
Tempat ibadah Tuanku Imam
Bonjol, terletak di pinggir sungai Malalayang. Saat dikunjungi, lokasi ini
tampak mulai terkena abrasi, sehingga kalau tak segera dibenahi, bangunan ini
bisa tergerus air juga. Tempat shalat Imam
Bonjol adalah di sebuah batu besar yang permukaannya rata, yang dulunya
terletak di aliran sungai Malalayang, sekitar 100 meter dari lokasi makam
sekarang.
Kini batu itu dipindahkan
warga sekitar 50 meter dari lokasi awal, dan diperbolehkan dipakai shalat oleh
pengunjung. Pada batu tersebut, jika diamati secara seksama terdapat gurat
bekas dudukan beliau, telapak kaki beliau dan tempat sujud Imam Bonjol.
Alhamdulillah, saya sempat sholat dhuha di sini. Di dekat batu tersebut,
terdapat sumur yang biasa digunakan pengunjung untuk mengambil air suci wudhu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar