Keraton Surakarta
dibangun oleh Pakoe Boewono II pada 1745 Masehi. Di keraton ini terdapat Art
Gallery yang menyimpan bermacam benda seni dan sejarah yang tinggi, seperti
kereta kencana, macam-macam senjata, wayang kulit dan benda-benda peninggalan
jaman dulu lainnya.
Keraton dibuka untuk umum setiap hari pkl 08.30-14.00, dan
hari Minggu pkl 08.30-13.00. Kraton tutup pada hari Jumat.
Kebetulan saya datang ke situ hari Jumat,
sehingga tak bisa masuk ke dalam Art Galery.
Masjid
Paromosono dibangun oleh Keraton sejak masa penjajahan Belanda dan menjadi
Masjid Keraton yang berada di luar lingkungan Keraton namun masih berada dalam
benteng Keraton. Tidak hanya warga kampung ataupun abdi dalem yang boleh
beribadah di tempat ini. Para pengunjung Keraton yang beragama Islam pun jika
ingin melakukan ibadah dipersilakan datang ke masjid ini.
Masjid yang menghadap ke Keraton ini tidak seperti
masjid umumnya. Masjid ini tidak memiliki menara yang menjulang, namun di
dalamnya masih terdapat beduk kuno.
Sebelum
masa dualisme kepemimpinan Keraton, beduk kuno ini dibunyikan setiap pkl 12 malam
oleh abdi dalem Keraton. Namun sekarang beduk ini sudah tidak pernah dibunyikan
lagi. Kulitnya sudah berkali-kali diganti.
"Bengawan
Solo" ... ditembangkan Pak Kliwon dengan iringan petikan kecapi
(bernada pentatonis, tentu saja). Bu Tuminah mendampinginya sambil
mengupas bawang merah di depan Warung Sate Kambing Bu Hj. Bejo.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar