Sabtu, 29 Agustus 2015

SOLO: Keraton, Masjid, dan Sate Kambing



Keraton Surakarta dibangun oleh Pakoe Boewono II pada 1745 Masehi. Di keraton ini terdapat Art Gallery yang menyimpan bermacam benda seni dan sejarah yang tinggi, seperti kereta kencana, macam-macam senjata, wayang kulit dan benda-benda peninggalan jaman dulu lainnya. 

Keraton dibuka untuk umum setiap hari pkl 08.30-14.00, dan hari Minggu pkl 08.30-13.00. Kraton tutup pada hari Jumat. 

Kebetulan saya datang ke situ hari Jumat, sehingga tak bisa masuk ke dalam Art Galery.


Masjid Paromosono dibangun oleh Keraton sejak masa penjajahan Belanda dan menjadi Masjid Keraton yang berada di luar lingkungan Keraton namun masih berada dalam benteng Keraton. Tidak hanya warga kampung ataupun abdi dalem yang boleh beribadah di tempat ini. Para pengunjung Keraton yang beragama Islam pun jika ingin melakukan ibadah dipersilakan datang ke masjid ini.
Masjid yang menghadap ke Keraton ini tidak seperti masjid umumnya. Masjid ini tidak memiliki menara yang menjulang, namun di dalamnya masih terdapat beduk kuno.


Sebelum masa dualisme kepemimpinan Keraton, beduk kuno ini dibunyikan setiap pkl 12 malam oleh abdi dalem Keraton. Namun sekarang beduk ini sudah tidak pernah dibunyikan lagi. Kulitnya sudah berkali-kali diganti.
  













"Bengawan Solo" ... ditembangkan Pak Kliwon dengan iringan petikan kecapi (bernada pentatonis, tentu saja). Bu Tuminah mendampinginya sambil mengupas bawang merah di depan Warung Sate Kambing Bu Hj. Bejo.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar