Fort
Marlborough adalah benteng peninggalan Inggris di kota Bengkulu, yang didirikan
oleh East India Company (EIC) tahun 1713-1719 di bawah pimpinan gubernur Joseph
Callet sebagai benteng pertahanan Inggris. Konon, benteng ini merupakan benteng
terkuat Inggris di wilayah Timur. Benteng ini didirikan di atas bukit buatan,
menghadap ke arah kota Bengkulu dan memunggungi samudera Hindia.
Meskipun sempat
dipugar, sebagian besar bangunan maupun barang-barang yang tersimpan di
dalamnya masih terpelihara dengan baik. Pintu gerbang, Genteng dan bata merah,
meriam, barak militer, … bahkan tempat interogasi Bung Karno masih terawat.
Di kota inilah
Bung Karno pernah diasingkan pada tahun 1938-1942. Di sini pula Bung Karno
bertemu dengan Ibu Fatmawati. Konon, rumah ini dihadiahkan dari seorang muslim
Tionghoa kepada Bung Karno, yang bisa dilihat dari ornamen ukiran pintu dan
kusen rumah yang berbentuk ukiran khas Tionghoa. Di rumah ini, kita masih bisa
melihat beberapa barang pribadi Bung Karno seperti sepeda, koleksi buku, dan
tempat tidur. Di sini juga kita bisa melihat beberapa foto kegiatan Bung Karno
selama di Bengkulu yang masih cukup terawat.
Rumah kediaman
Ibu Fatmawati di Bengkulu. Tampak mesin jahit yang digunakan Ibu Fatmawati
menjahit Sang Saka Merah Putih, yang pertama kali dikibarkan pada Hari
Kemerdekaan RI 17 Agustus 1945.
Makam Sentot
Alibasyah terletak di pemakaman umum Desa Bajak Kecamatan Teluk Segara,
Bengkulu. Makam ini dikelilingi pagar tembok dan berpintu besi. Gapura pintu
gerbang berbentuk kerucut, di dalamnya terdapat cungkup dan di atas makam
dihiasi pilar seperti pintu gerbang. Paska perang Diponegoro, Sentot dan
pengikutnya dimanfaatkan Belanda untuk memerangi Kaum Paderi. Namun, karena
dicurigai memiliki rasa keberpihakan pada Kaum Paderi, maka tahun 1833 Sentot
ditangkap dan diasingkan Belanda ke Bengkulu hingga wafat pada tahun 1855.
Sebelum diasingkan ke Bengkulu, Sentot Alibasyah adalah Panglima Perang
Pangeran Diponegoro (1825-1830).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar