Kamis, 20 Agustus 2015

Polemik Kelahiran Bung Karno



Polemik tentang kelahiran Bung Karno (BK) belakangan ini, menggelitik saya untuk membuka buku-buku tentang Bung Besar. Saya kira, buku-buku yang menulis tentang BK sekarang ini sudah lebih dari 100 buah, dan mungkin akan terus bertambah. Betapa tidak. Sampai tahun 1988, Buku “Bung Karno: Sebuah Bibliografi” (Yayasan Idayu, 1988) telah mencatat ada 98 buku tentang BK, tidak termasuk tulisan, amanat dan pidato BK sendiri.


Dari 29 buku yang ada di perpustakaan pribadi saya yang amat sangat tidak lengkap, ternyata ada dua buah buku yang dengan tegas menyatakan bahwa BK lahir di Surabaya, yakni karya Eddy Soetrino (“Bung Karno Dipanggang Api Semangatmu”, 2002, halaman 1) dan karya Jonar Situmorang (“Bung Karno: Biografi Putra Sang Fajar”, 2015, halaman 36). Buku “Bung Karno Masa Muda” (S. Saiful Rahim, 1978, halaman 18-19) secara implisit ingin mengesankan bahwa BK terlahir di Blitar. Yang mengherankan adalah buku monumental karya Cindy Adams (“Bung Karno Penjambung Lidah Rakjat Indonesia”, 1966), ternyata ulasannya mendua: Di halaman 24 dikesankan bahwa BK lahir di Blitar, tetapi di halaman 29 justru menegaskan kalau BK lahir di Surabaya. Baru belakangan saya tahu, bahwa ketika buku Cindy Adams terbit (1965) ternyata di negeri Belanda pun terjadi polemik yang luar biasa, termasuk soal kelahiran BK.





Seperti pelajaran Sejarah yang saya dapat di sekolah, seingat saya BK memang lahir di Blitar. Belakangan “pengetahuan” ini terkonfirmasi ketika meninggal ternyata BK dimakamkan di Blitar, -- suatu hal yang amat lazim bagi kebanyakan penghuni negeri ini, bahwa kalau meninggal biasanya orang dimakamkan di tempat kelahirannya; sekalipun BK sendiri berharap jasadnya dimakamkan di bumi Priangan.


Hal yang juga menarik untuk ditelusuri adalah tentang tokoh pewayangan bernama Karna, yang kemudian menjadi cikal bakal penggantian nama BK dari Kusno kecil menjadi Karno (hal ini terkonfirmasi dalam banyak buku tentang BK). Seperti kita ketahui, dalam cerita pewayangan, tokoh Karna memiliki kisahnya sendiri, yang asal-usulnya baru ketahuan belakangan. Apakah masa lalu BK juga seperti riwayat tokoh Adipati Karna ini ?


Karena itu, diambil hikmahnya saja, .. melalui polemik belakangan ini kiranya sudah saatnya untuk dilakukan pelurusan sejarah, karena fakta itu menyangkut founding father negeri ini. Saya sendiri, menganggap BK sebagai orang Indonesia saja, karena beliau adalah pemersatu negeri Nusantara yang kini bernama Indonesia.

Dalam Majalah Prisma Edisi Khusus Volume 32, 2013, Daniel Dhakidae sepintas memasalahkan terjemahan buku Cindy Adams karena sang penerjemah mengurangi terjemahan di satu sisi, sebaliknya menambahkan catatan di bagian lain. Sayangnya, kajian buku ini tak sampai ke soal tempat kelahiran BK.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar