Ambon Manise (1)
Sebagai wilayah kepulauan, Maluku/Ambon memiliki
keindahan alam berupa pemandangan laut dan pantai. Namun demikian, banyak
destinasi wisata lain, termasuk wisata religi dan sejarah perjuangan
kemerdekaan.
Salahsatunya adalah Masjid Tua Wapauwe yang terletak
di daerah Kaitetu, Leihitu, Maluku
Tenggara. Masjid yang masih berdiri kokoh ini merupakan masjid tertua di
Maluku, yang dibangun tahun 1414 Masehi oleh Pernada Jamilu, keturunan
Kesultanan Islam Jailolo (Maluku Utara). Untuk mencapainya, dari pusat Kota
Ambon perlu waktu sekitar satu jam perjalanan darat. Saat berkunjung ke
mesjid ini, saya bertemu dengan Pak Muhtar, penjaga Mesjid Tua Wapauwe, yang
menjelaskan berbagai hal tentang mesjid ini.
Masjid ini mengalami perpindahan tempat akibat gangguan Belanda yang menginjakkan kakinya di Tanah Hitu pada tahun 1580 setelah Portugis pada tahun 1512. Menurut cerita rakyat, konon masjid ini berpindah secara gaib pada suatu hari di tahun 1664, saat masyarakat bangun pagi ternyata masjid sudah ada di tempat sekarang ini.
Masjid ini unik, karena konstruksi bangunan induk
dirancang tanpa memakai paku atau pasak kayu pada setiap sambungan kayu; empat
pilar penyangga yang kokoh terbuat dari kayu nani (ulin). Meski pernah
direnovasi berkali-kali, masjid ini tetap asli karena tidak mengubah bentuk
inti masjid sama sekali. Dapat dikatakan, masjid ini adalah masjid tertua di
tanah air yang masih terpelihara keasliannya hingga kini.
Di mesjid ini
antara lain terdapat AlQuran Mushaf Nur Cahya yang selesai ditulis tangan pada
tahun 1590 pada kertas produk Eropa. Tampak terawat meskipun sudah ada sedikit
kerusakan seperti berlobang kecil, sebagian seratnya terbuka dan tinta yang
pecah akibat udara lembab. Di
masjid ini terdapat timbangan zakat, yang berat batunya 2,5 kg (basis zakat
fitrah). Juga terdapat lampu penerangan, yang awalnya diisi minyak, namun kini
diganti bohlam. Tulisan
dua kalimat syahadat tertulis bagian atas pintu yang kayunya sudah rapuh. Dua
diantara empat pilar bangunan yang masih asli dan terbuat dari kayu nani
(ulin), tanpa menggunakan paku ataupun pasak ... Pada bagian ini terdapat
mimbar khutbah dan lampu gantung.
Sekitar 150 meter dari masjid ke arah utara, terdapat
sebuah gereja tua peninggalan Portugis dan Belanda. Lalu, 50 meter kemudian
berdiri dengan kokoh Benteng Amsterdam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar