Tahu Sumedang: Menebar Makna bagi Sesama, Memberi Arti bagi Negeri
Di luar popularitasnya sebagai panganan yang lezat, tahu Sumedang menyimpan sekelumit kisah tentang keligatan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) dalam menyiasati dinamika usaha yang telah digelutinya secara turun-temurun. Dengan kiat-kiat sederhana, UMKM pengusaha tahu mampu berkembang hampir di seluruh penjuru negeri. Tanpa keluh-kesah, mereka menebar makna bagi sesama; memberi arti bagi negeri.
Ny. Een Sukaenah dan Kawan-kawannya
Pengusaha mikro seperti pasangan suami-istri Sutaryat (58) dan Ny. Een Sukaenah
(57) adalah salah satu dari delapan pengusaha tahu di Situraja, Kabupaten
Sumedang. Mereka menapaki usaha ini sejak awal 1980-an. Dengan masing-masing
merekrut 3-6 orang pekerja, secara keseluruhan para pengusaha tersebut menghasilkan
sekitar 20 ribu potong tahu per hari. Pelanggannya yang berjumlah sekitar 60
orang umumnya adalah pedagang tahu goreng yang menjajakannya di warung-warung atau
berkeliling kampung. Produsen tahu sendiri menjual sebagian kecil dari produk
mereka di warung masing-masing. Tanpa banyak bicara dan suara, mereka telah meningkatkan
taraf kehidupannya serta menampung banyak tenaga kerja.
Begitu pula, tatkala harga Bahan Bakar Minyak (BBM) melambung, mereka mengoptimalkan
pendapatan dengan mengganti BBM dengan kayu bakar yang melimpah di sekitarnya. Begitu
saja. Sungguh sederhana. Lalu mereka bersyukur, karena dapat hidup layak, memperbaiki
rumah, membeli tanah dan peralatan rumah, serta membekali anak-anak dengan
pendidikan secukupnya untuk melanjutkan perjalanan kemanusiaan.
Cara kerja mereka begitu sederhana, namun menarik dan bermakna. Ampas
tahu, misalnya. Benda yang semula terbuang percuma, dijual sebagai pakan ternak
atau bahkan lauk-pauk. Dengan disiplin, dana ekstra hasil penjualannya setiap hari ditabung ke dalam dua celengan.
Celengan kuning digunakan untuk membayar sewa warung, sementara tabungan di celengan
hitam dibuka menjelang lebaran sebagai Tunjangan Hari Raya (THR) bagi karyawan pabrik dan para pelanggannya, seperti
diutarakan Ny. Een Sukaenah Sutaryat.
Peranan BMT
Al-Amanah
Para pengusaha tahu itu
berbagi-hasil dengan BMT Al-Amanah, suatu
Lembaga Keuangan Mikro (LKM) berpola syariah. Kebutuhan modal investasi ataupun
modal kerja disediakan lembaga ini setelah yakin bahwa para pengusaha tahu
tersebut layak dibiayai. Dan terbukti, dari tujuh pengusaha tahu yang pernah
dibiayai BMT Al-Amanah, tak satu pun yang bermasalah, seperti diungkapkan Dedi
Suardi, S. Sos, salah seorang manajer di BMT Al-Amanah. Tak mengherankan kalau
nilai pembiayaan bagi mereka terus ditingkatkan.
Kesulitan yang muncul, yakni tatkala harus menyediakan agunan, dapat mereka
atasi dengan kemufakatan kelompok. Sebagai contoh, agunan untuk kelompok Ny. Een
yang beranggotakan tujuh orang (dengan nilai pinjaman total Rp 400 juta),
disediakan oleh salah-seorang pengusaha, dengan hak dan kewajiban yang
disepakati anggota kelompok. Di antara kelompoknya itu, Ny. Een sendiri
menikmati pembiayaan Rp. 45 juta dengan cicilan Rp 121.000/hari dan tabungan Rp
20.000/hari. Sebelumnya, Ny. Een mendapat pembiayaan Rp. 15 juta.
Dana tersebut digunakan untuk memperluas tempat usaha dan membangun tungku kayu
bakar.
Agar tidak membebani dan sesuai kesepakatan anggota, maka cicilan dan
bagi-hasil dikumpulkan harian untuk kemudian diperhitungkan di akhir bulan. Untuk
itu, pengusaha tak usah repot datang ke kantor BMT Al-Amanah, karena petugas BMT
akan dengan setia mendatangi nasabahnya setiap hari. Saat ini BMT Al-Amanah
mempunyai 90 kelompok dengan jumlah anggota 5-20 orang per kelompok di antara
sekitar 4.000 peminjam, termasuk di antaranya dua orang nasabah yang bermukim
dan berusaha di Jakarta.
Mengingat besarnya kebutuhan masyarakat, maka selain dana yang bersumber
dari modal dan tabungan anggota, BMT tersebut bekerjasama dengan perbankan
seperti Bank Syariah Mandiri, Bank Jabar Syariah serta lembaga lainnya. Peranan
perbankan sebagai penyedia dana bagi UMKM memang sangat penting, baik
disalurkan secara langsung maupun melalui lembaga keuangan lainnya. Kemudahan
perbankan dalam menyalurkan dananya kepada UMKM, juga didukung dengan makin
besarnya dukungan peraturan-peraturan Bank Indonesia dalam penyesuaian prosedur
pemberian kredit dan insentif kebijakan yang lebih memudahkan dan mendorong bank
untuk menyalurkan kreditnya. Di samping itu, BMT Al-Amanah juga mendapat
pembiayaan Lembaga Pengelola Dana Bergulir (LPDB).
BMT Al-Amanah bersama dengan 12 BMT lainnya di wilayah Sumedang dan
Majalengka menjadi anggota Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Kecil (PINBUK) Sumedang sebagai organisasi yang menaunginya. PINBUK Sumedang
adalah salahsatu Business Development
Service Provider (BDSP) di Jawa Barat yang telah diakreditasi oleh P3UKM
(Pusat Pengembangan Pendamping Usaha Kecil dan Menengah) sebagai Pendamping
Usaha Kecil dan Menengah (PUKM). P3UKM adalah suatu lembaga independen yang
didirikan oleh Bank Indonesia bekerjasama dengan Pemerintah Provinsi Jawa
Barat, perbankan se-Jawa Barat, universitas, lembaga penjamin kredit serta
berbagai pihak terkait lainnya. Lembaga ini memberikan penguatan berupa
pelatihan, monitoring, pendampingan,
dan pemberian akreditasi/sertifikasi bagi PUKM Mitra seperti PINBUK Sumedang.
Epilog
Senyum Ny. Een Sukaenah mengembang.
Pembiayaan yang diterimanya dari BMT Al-Amanah adalah rangkaian panjang kebijakan
Bank Indonesia yang ditransformasikan kepada perbankan dengan pendampingan dari
BDSP. Peran semua pihak itulah yang menyatukannya dalam satu sinergi dan
menggulirkan dana perbankan untuk UMKM.
Ny. Een Sukaenah adalah contoh dari begitu banyak
UMKM pengusaha tahu yang tersebar bukan hanya di Situraja, tetapi di seluruh
Sumedang, bahkan berkiprah hampir di seluruh penjuru negeri. Tanpa keluh-kesah,
UMKM pengusaha tahu mampu menebar makna bagi sesama; memberi arti bagi negeri.
(Tika Noorjaya).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar