SIAPA MENGUASAI SIAPA ?
Oleh Tika Noorjaya
Judul:
Manusia, Ilmu dan Teknologi (kumpulan karangan).
Pengarang:
Prof. Dr. T. Jacob.
Penerbit:
PT. Tiara Wacana Yogya, 1988.
Tebal
isi : (xiii + 201) halaman.
Dibandingkan mahluk
hidup lain, manusia itu sempurna, yang nilai
kesempurnaannya justru menjadi genap karena ia dilengkapi dengan
kekurangannya. Itulah ungkapan tua yang agaknya tak lekang dimakan zaman.
Namun, karena kekurangan itulah pengembangan ilmu dan teknologi yang semula dimaksudkan untuk lebih
memanusiakan manusia justru bisa berbalik menundukkannya tak lebih dari sebuah
sekrup dalam perputaran roda kehidupan; yang pada gilirannya tidak mengherankan
kalau ada yang beranggapan bahwa evolusi manusia adalah ciptaan teknologi --
dan bukan sebaliknya. Ilmu dikaitkan dengan kekuasaan; demikian pula dikultuskan
sebagai azimat dan paspor satu-satunya menuju kesejahteraan, kemakmuran dan keadilan.
Bahkan, "dalam perkembangan lebih lanjut dari interaksi antara manusia,
ilmu dan teknologi serta segala implementasinya, tak pelak telah mendorong
peradaban ini pada situasi yang menyerempet-nyerempet bahaya" (hal.vii).
Benarkah demikian?
Sudah sedemikian jauhkah kaitan antara manusia, ilmu dan teknologi ?
Sampai pada
pertanyaan ini terasalah betapa sesungguhnya keluasan, kedalamman dan kerumitan
kaitan antara manusia, ilmu dan teknologi, sehingga buku dengan judul besar ini
seakan menanggung beban yang sedemikian beratnya, apalagi kalau dimaksudkan sebagai
refreshing bagi pelajar dan mahasiswa
yang jenuh dengan bacaan-bacaan teks di bidangnya -- seperti kata penerbitnya.
Karena itu, agakna
perlu dipujikan upaya penulis untuk menjawab pertanyaan di atas dengan merakit
gagasan besar tersebut lewat bahasa yang
enak dibaca dan sarat informasi, sekalipun agaknya penulis kesulitan juga untuk
tidak menyodorkan bermacam-macam terminologi, yang selain belum akrab juga
untuk memahaminya tampaknya memerlukan penjelasan yang tidak sesederhana itu. Gagasan
yang dirakitnya sendiri kebanyakan tidak baru, karena memang demikianlah
sifatnya ilmu: ia bertumpu pada gagasan yang terdahulu, tak peduli akhirnya
didukung atau dipentung.
Selain kaitan
antara manusia, ilmu dan teknologi,
agaknya tema lain yang membersit dari
kumpulan karangan ini adalah bagaimana menyelamatkan dunia yang sudah banyak dikuasai
perkembangan yang mengarah pada kehancuran, karena selain membawa nilai-nilai
positif, perkembangan teknologi juga membawa serta nilai-nilai yang berdampak
negatif, baik fisik maupun psikis. Karena itu, tidaklah mengherankan kalau
imbauan tentang perlunya upaya-upaya perdamaian mengalir deras dari buku ini,
yang terutama bermuara pada perlunya penggalakan nilai-nilai agama dan etika.
"Pendidikan budi pekerti pada jenjang bawah dan menengah, dan pendidikan
etika ilmiah pada jenjang tinggi, sangat penting di samping nilai-nilai agama", katanya (hal.16).
Kearifan pun muncul
ketika penulis mengutip pepatah Kenya: "Dunia tidak kita warisi dari nenek
moyang kita, tetapi kita pinjam dari
anak cucu kita," yang kemudian dilajutkan dengan imbauan:
"Hendaknya jangan di tangan generasi kita dunia hancur-luluh oleh
keserakahan kita dan ketidakpedulian kita" (hal.140).
Kelebihan lain buku
ini adalah uraiannya yang tidak sekedar merakit gagasan pendahulu, tapi juga
mengungkapkan proyeksi ke depan serta memberikan alternatif pemecahan dan jalan
keluarnya, sekalipun untuk itu berkali-kali beberapa nama besar diusung untuk
menambah bobot otoritatifnya. Demikianlah misalya kata-kata Einstein yang
menyatakan bahwa "abad kita ini merupakan perpalingan ke arah era baru
yang membutuhkan cara pandang dan sikap baru" berkali-kali diungkapkan
meskipun tidak dalam format yang seragam.
Dan, itulah antara
lain kelemahan buku rampaian semacam ini --
satu hal yag sedag trendy bagi
penerbitan Indoesia -- yakni tidak terhindarkannya pengulangan gagasan. Namun
demikian, kemauan dan kegairahan Prof. T.
Yacob -- dan banyak pakar lain untuk membukukan gagasannya, cukup menggembirakan. Tentu saja, kita dapat mengharapkannya untuk
menulis buku yang tidak sekedar rampaian
seperti ini. Tetapi, yang ini pun
sudah lebih baik daripada banyak pakar lain yang hanya mereguk ilmu untuk
dirinya sendiri, atau paling banter lingkungan
kecil di sekitarnya. (Tika Noorjaya)
Tinjauan
Buku ini dimuat PIKIRAN RAKYAT, 5
Agustus 1988.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar