Rabu, 29 April 2015

Siapa Menguasai Siapa ?



                   
SIAPA MENGUASAI SIAPA ?
Oleh Tika Noorjaya

Judul: Manusia, Ilmu dan Teknologi (kumpulan karangan).
Pengarang: Prof. Dr. T. Jacob.
Penerbit: PT. Tiara Wacana Yogya, 1988.
Tebal isi : (xiii + 201) halaman.    
    
Dibandingkan mahluk hidup lain, manusia itu sempurna, yang nilai  kesempurnaannya justru menjadi genap karena ia dilengkapi dengan kekurangannya. Itulah ungkapan tua yang agaknya tak lekang dimakan zaman. Namun, karena kekurangan itulah pengembangan ilmu dan  teknologi yang semula dimaksudkan untuk lebih memanusiakan manusia justru bisa berbalik menundukkannya tak lebih dari sebuah sekrup dalam perputaran roda kehidupan; yang pada gilirannya tidak mengherankan kalau ada yang beranggapan bahwa evolusi manusia adalah ciptaan teknologi -- dan bukan sebaliknya. Ilmu dikaitkan dengan kekuasaan; demikian pula dikultuskan sebagai azimat dan paspor satu-satunya menuju kesejahteraan, kemakmuran dan keadilan. Bahkan, "dalam perkembangan lebih lanjut dari interaksi antara manusia, ilmu dan teknologi serta segala implementasinya, tak pelak telah mendorong peradaban ini pada situasi yang menyerempet-nyerempet bahaya" (hal.vii).
Benarkah demikian? Sudah sedemikian jauhkah kaitan antara manusia, ilmu dan teknologi ?
Sampai pada pertanyaan ini terasalah betapa sesungguhnya keluasan, kedalamman dan kerumitan kaitan antara manusia, ilmu dan teknologi, sehingga buku dengan judul besar ini seakan menanggung beban yang sedemikian beratnya, apalagi kalau dimaksudkan sebagai refreshing bagi pelajar dan mahasiswa yang jenuh dengan bacaan-bacaan teks di bidangnya -- seperti kata penerbitnya.
Karena itu, agakna perlu dipujikan upaya penulis untuk menjawab pertanyaan di atas dengan merakit gagasan besar tersebut lewat  bahasa yang enak dibaca dan sarat informasi, sekalipun agaknya penulis kesulitan juga untuk tidak menyodorkan bermacam-macam terminologi, yang selain belum akrab juga untuk memahaminya tampaknya memerlukan penjelasan yang tidak sesederhana itu. Gagasan yang dirakitnya sendiri kebanyakan tidak baru, karena memang demikianlah sifatnya ilmu: ia bertumpu pada gagasan yang terdahulu, tak peduli akhirnya didukung atau dipentung.
Selain kaitan antara manusia, ilmu dan  teknologi, agaknya tema  lain yang membersit dari kumpulan karangan ini adalah bagaimana menyelamatkan dunia yang sudah banyak dikuasai perkembangan yang mengarah pada kehancuran, karena selain membawa nilai-nilai positif, perkembangan teknologi juga membawa serta nilai-nilai yang berdampak negatif, baik fisik maupun psikis. Karena itu, tidaklah mengherankan kalau imbauan tentang perlunya upaya-upaya perdamaian mengalir deras dari buku ini, yang terutama bermuara pada perlunya penggalakan nilai-nilai agama dan etika. "Pendidikan budi pekerti pada jenjang bawah dan menengah, dan pendidikan etika ilmiah pada jenjang tinggi, sangat penting di samping nilai-nilai agama",  katanya (hal.16).
Kearifan pun muncul ketika penulis mengutip pepatah Kenya: "Dunia tidak kita warisi dari nenek moyang kita, tetapi kita pinjam dari  anak cucu kita," yang kemudian dilajutkan dengan imbauan: "Hendaknya jangan di tangan generasi kita dunia hancur-luluh oleh keserakahan kita dan ketidakpedulian kita" (hal.140).
Kelebihan lain buku ini adalah uraiannya yang tidak sekedar merakit gagasan pendahulu, tapi juga mengungkapkan proyeksi ke depan serta memberikan alternatif pemecahan dan jalan keluarnya, sekalipun untuk itu berkali-kali beberapa nama besar diusung untuk menambah bobot otoritatifnya. Demikianlah misalya kata-kata Einstein yang menyatakan bahwa "abad kita ini merupakan perpalingan ke arah era baru yang membutuhkan cara pandang dan sikap baru" berkali-kali diungkapkan meskipun tidak dalam format yang seragam.
Dan, itulah antara lain kelemahan buku rampaian semacam ini --  satu hal yag sedag trendy bagi penerbitan Indoesia -- yakni tidak terhindarkannya pengulangan gagasan. Namun demikian, kemauan  dan kegairahan Prof. T. Yacob -- dan banyak pakar lain untuk membukukan gagasannya, cukup menggembirakan. Tentu saja, kita dapat mengharapkannya untuk menulis buku yang tidak sekedar rampaian  seperti  ini. Tetapi, yang ini pun sudah lebih baik daripada banyak pakar lain yang hanya mereguk ilmu untuk dirinya sendiri, atau paling banter lingkungan kecil di sekitarnya. (Tika Noorjaya)


Tinjauan Buku ini dimuat PIKIRAN RAKYAT, 5 Agustus 1988.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar